Jakarta, NU Online
Sistus resmi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, NU Online, didukung Lembaga Seniman dan Budayawan Muslim Indonesia (Lesbumi), Majelis Kebudayaan Muslim dan Dewan Peradaban Nasional menggelar dialog publik bertema “Infotainment: Kezaliman Era Baru?” di Pusat Gedung Film, JI. MT Haryono kay. 47-48 Jakarta Selatan, pada Kamis (10/8), pukul 14.00.
Fatwa NU yang terumus dalam Munas Alim Ulama di Surabaya (27-30 Juli) lalu pada Sidang Bahtsul Masail Diniyyah Waqiiyyah tentang infotainment ternyata paling mendapat sorotan media massa. Banyak kalangan mendukung fatwa itu, dan tidak sedikit yang malah mengecam.
<>“Dikatakan kenapa NU mengurusi hal yang remeh-remeh seperti infotainment. Kita ingin mendudukkan persoalan, sambil mendialogkan kembali infotaintment itu dari berbagai perspektif,” kata Sekjen Lesbumi M. Dienaldo sebagai Ketua Panitia Penyeggara Dialog Publik.Ketua PBNU Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj akan berbicara mewakili PBNU. Hans Miller, Kabid Infotainment PWI Pusat akan berbicara selaku pakar dan pelaku infotainment, budayawan Prof. DR. Abdul Hadi WM dan DR. I Gede Putu Ary Suta akan bicara dari perpektif lain. Dedi Mizwar dan Taufiq Hidayat berbicara sebagai selebritis.
Para artis kenamaan seperti Didi Petet, Nani Wijaya, Dian Sastro Wardoyo dan Dedi Gumelar dipastikan hadir. Tokoh lintas agama dan yang terpenting pihak Dewan Pers dan juga direncanakan hadir.
“Dari aspek jurnalistik, kita perlu meneliti kembali apakah infotaintment telah mematuhi etika itu. Paksaan terhadap narasumber secara fisik agar mau berkomentar, atau campurtangan terhadap urusan pribadi yang seharusnya tidak boleh dibeberkan melalui media yang sangat tidak mengindahkan etika jurnalistik yang ada,” kata Dienaldo.
Ditambahkan, infotainment dalam beberapa kasus telah membunuh karakter dan keperibadian seseorang. Para selebritis, entah para artis, seniman, olahragawan dan lainnya, juga para tokoh politik maupun tokoh agama yang menjadi incaran infotainment menjadi tidak bebas berbuat karena dirinya, bahkan persoalan pribadinya, diintai dan diawasi.
Media masa ataupun hiburan dan bisnis apapun sedianya juga memberikan kontribusi dalam membangun nation character building yang sangat kita butuhkan sekarang, dan bukan malah menciderainya. “Kita mempersilahkan bahkan semua orang berkarya dan berusaha, namun jika ada hal yang tidak positif, kita tegur!” kata Dienal. (nam)