Jakarta, NU Online
Perusahaan minyak raksasa asal Amerika Exxon Mobil sebenarnya telah mengincar Blok Cepu sejak ditemukannya sumber minyak di kawasan ini pada 1998. Pada masa pemerintahan Gus Dur dan Megawati perusahaan ini ingin mengusai Blok Cepu melalui jalur politik, namun belum berhasil.
<>Hal tersebut disampaikan Marwan Batubara, Koordinator Gerakan Rakyat Penyelamat Blok Cepu, dalam satu diskusi di kawasan Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (17/4). Exxon Mobil (EM) demikian Marwan, berhasil menjadi penguasa Blok Cepu setelah berupaya selama hampir delapan tahun. Upaya ini dilatarbelakangi oleh ambisi Amerika melalui perusahaan-perusahaannya untuk menguasai sumber migas yang luar biasa besarnya di Blok Cepu.
Marwan menegaskan, untuk wilayah Banyu Urip saja cadangan minyaknya mencapai 2 miliar barel minyak dan gas sebesar 6 triliun cubik feet (TCF). Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Humpus Patragas (HPG), perusahaan yang membantu pertamina secara teknis sejak 1990, potensi Blok Cepu secara keseluruhan mencapai 10,96 miliar barel minyak dan 62,64 TCF gas. Dengan jumlah itu diperkirakan Blok Cepu bisa menghasilkan 2.500 triliun rupiah. "Inilah yang menjadi salah satu faktor mengapa EM begitu ambisius dan ngotot ingin menguasai Blok Cepu," kata Marwan.
Penemu pertama ladang minyak Blok Cepu, kata Marwan, adalah putra-putra Indonesia pada tahun 1998 yang saat itu bekerja sebagai karyawan HPG. Waktu itu, secara mengejutkan pengeboran dihentikan dengan alasan adanya gas beracun (H2S). Bersamaan dengan itu EM melalui berbagai pendekatan kepada pemerintah akhirnya berhasil menguasai saham HPG. Selanjutnya, EM mengklaim sebagai penemu Blok Cepu sebagai dalih utama untuk menguasai kawasan ini. Namun, sebagaimana HPG, EM hanya berfungsi membantu Pertamina secara Teknis. EM baru bernafas lega pada masa pemerintahan SBY.
"Pada bulan November, beberapa hari setelah SBY menang pemilu, Meneg BUMN langsung diperintahkan untuk mengadakan negoisasi ulang. Pada masa Gus Dur dan Megawati Exxon Mobil tidak berhasil menguasai Blok Cepu karena ada Kwik Kian Gie," kata Marwan sedikit bergurau.
Pada bulan yang sama, November 2004, marwan melanjutkan, Presiden AS George W. Bush dalam sidang APEC di Santiago Chile mengingatkan Presiden SBY agar segera mengefektifkan sejumlah kontrak migas, termasuk Blok Cepu. Pada bulan Mei 2005, Wapres AS Dick Cheney kembali mengingatkan presiden SBY mengenai hal yang sama. Klimaksnya adalah ditandatanganinya Joint Operation Agreegement (JOA) pada 15 Maret 2006 lalu, dalam rangka menyambut kedatangan Menlu AS Condolezza Rice. Melalui JOA Exxon Mobil telah berhasil menjadi "majikan" Pertamina.
Ditanya apa yang akan dilakukannya sebagai Koordinator Gerakan Rakyat Penyelamat Blok Cepu, Marwan yang juga anggota DPD dari Propinsi DKI itu mengatakan akan mengupayakan pembatalan kontrak Blok Cepu melalui pengajuan hak angket DPR di sidang paripurna mendatang. Dirinya mengaku, upaya-upaya yang ditempuh melalui jalur eksekutif tidak akan berhasil. "Tapi sekarang DPR masih dalam masa reses, baru bisa bulan depan," katanya. (nam)