Usai pelaksanaan ibadah wukuf di Arofah, Ahad (15/11), seluruh jamaah haji dari berbagai negara segera bergerak menuju Muzdalifah untuk melaksanakan Mabit (bermalam). Dan segera setelah tengah malam mulai merambat menuju arah fajar, seluruh jamaah di Muzdalifah segera bergerak menuju Mina.
Jamaah Indonesia bergerak dari Arofah sejak Maghrib dengan diangkut oleh bus-bus taroddudy (suttlebus). Jamaah diturunkan di pinggir-pinggir jalan dan ditinggalkan di tanah lapang Muzdalifah. Di sini jamaah haji Indonesia berkumpul dengan jamaah haji dari seluruh dunia tanpa pagar tembok tanpa atap.
/>
Di Muzdalifah, jamaah mengumpulkan batu-batu kerikil untuk digunakan melontar Jumroh. kerikil-kerikil ini harus terkumpul setidaknya 70 kerikil dengan rincian 7 kerikil untuk dilempar di Jumroh Aqobabah dan 63 keriikil lainnya dilempar tiap-tiap hari tasyrik di ketiga "tiang syetan."
Setiap hari tasyrik jamaah melempar ketiga tiang jumroh (ula wustho dan kubro), dengan masing-masing lemparan 7 kali setiap tiangnya. Dengan demikian setidaknya dibutuhkan 21 kerikil setiap hari untuk melempar jumroh. Sehingga selama tiga hari dibutuhkan minimal 63 kerikil. Walhasil, jamaah setidaknya harus mengumpulkan 70 kerikil untuk seluruh pelemparan jumroh.
Muzdalifah masa kini adalah sebuar areal lapangan yang tampak memanjang karena dibelah-belah oleh jalur-jalur bus yang selalu bergerak putar-balik (taroddudy) untuk mengangkut para jamaah dari Arofah. Lebarnya jalur-jalur hampir-hampir tidak memungkinkan seseorang berpindah-pindah dari lajur-satu ke lajur lapangan lainnya. Bagi jamaah Indonesia, di lajur mana dia diturunkan oleh bus, maka di lajur itu pulalah dia akan dijemput oleh bus-bus untuk dibawa ke Mina.
Sebenarnya, di ujung Muzdalifah ada dibangun sebuah padestrian (jalur pejalan kaki) yang lurus menembus hingga jalur utama tempat pelemparan Jumroh. Nah, Kebanyakan yang menggunakan jalur ini adalah jamaah asal Turki dan berbagai negara yang dihuni oleh keturunan-keturunan Turki.
Sedankan jamaah asal Indonesia biasnya diangkut menggunakan bus-bus dari Muzdalifah langsung menuju kemah pemondokannya di Mina. Barulah dari pemondokan ini nanti mereka akan bergerak menuju tempat pelemparan Jumroh. Namun demikian karena lamanya menungu bus, maka banyak juga rombongan jamaah-jamaah Indonesia yang memilih berjalan kaki dari Muzdalifah ke Mina atau langsung ke arah Jamarot.
Bila dilihat dari sudut yang mampu melihat dengan frame yang lebih luas, maka pergerakan jamaah haji akan tampak seperti buih di lautan yang bergerak ke arah pantai-pantai. Dari Arafah ke Muzdalifah dan dari Muzdalifah ke Mina.
Di Jamarot, setelah melempar jumroh Aqobah, jamaah kemudian bergerak berputar menuju masing-masing pondokan untuk mabit di Mina. Barulah esok hari mereka akan melempar ketiga jumroh pada hari-hari tasyrik. (min/Laporan langsung Syaifullah Amin dari Arab Saudi)