Warta

Generasi Muda harus Mampu Antisipasi Perubahan Tren

Rabu, 3 September 2008 | 12:21 WIB

Jakarta, NU Online
Trend kepemimpinan dari satu masa ke masa yang lain selalu mengalami perubahan sesuai dengan kondisi zamannya. Generasi muda sekarang yang ingin menjadi pemimpin pada masa mendatang harus mampu mengantisipasi perubahan tren tersebut agar bisa menjadi pemimpin pada 20-30 tahun ke depan.

Demikian dikatakan oleh Rektor Universitas Paramadina Anis Baswedan dalam pelantikan pengurus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jakarta di Kuningan Jakarta, Rabu (3/9).<>

Ia menjelaskan, pada era 1945, mereka yang menjadi pemimpin adalah kalangan intelektual yang memperoleh pendidikan modern pada awal 1920-an. Selanjutnya, era 1970-1990-an banyak didominasi dari kalangan militer. Pasca Reformasi sampai saat ini, kalangan aktivis yang memegang tampuk kekuasaan.

Untuk masa 20-30 ke depan, ia memperkirakan para pemimpin akan tumbuh dari kalangan pengusaha yang memiliki kekuatan modal mengingat budaya pasar saat ini yang telah mentransformasi dunia secara luar biasa.

“Saya khawatir generasi muda saat ini melihat pola kepemimpinan seperti pada masa lalu dan masa sekarang,” katanya.

Ia mencontohkan kegagalan mengantisipasi trend tersebut dialami oleh para lulusan SMA sekitar tahun 1985-an yang berbondong-bondong masuk Akabri, dan lulus tahun 1990-an, ketika era kepemimpinan militer sudah selesai.

“Akhirnya mereka yang tersisih dan kalah menggunakan ayat-ayat suci untuk mengartikulasikan kekalahannya. Bagi yang tak tahu, yang menggunakan term Marxis,” tandasnya.

Menurutnya, mereka yang nantinya menjadi pemain kunci adalah anak-anak muda yang saat ini belajar di luar negeri dengan kualitas pendidikan yang lebih baik, mampu bergaul dan memiliki jaringan internasional serta memiliki modal.

“Yang saya takutkan, mereka yang nantinya memimpin itu orang yang tak kenal bangsanya integritas moralnya diragukan dan tak tahu kemana negera ini menuju,” tambahnya.

Dijelaskannya, para aktifis pemuda saat ini memang jarang yang memasuki ruang pasar, mereka lebih banyak memasuki ruang di masyarakat sipil atau memasuki struktur negara dan politik. (mkf)


Terkait