Warta

Gerakan Sufisme Semakin Komersial

Kamis, 22 Januari 2009 | 00:50 WIB

Jakarta, NU Online
Gerakan sufisme di Indonesia yang mulai muncul sejak dekade 1970-an semakin komersial sejak pergantian milenium, yaitu ketika tasawuf masuk dalam dunia hiburan, musik, novel, dan film, kata seorang pengamat.

"Paramadina mengawali komersialisasi ini sebagai institusi pendidikan Islam bergaya universitas yang menggunakan iklan untuk memaparkan program-programnya ke publik," kata pengamat Griffith University, Prof Dr Julia Day Howell, dalam seminar "Urban Sufism: Gairah Spiritual atau Eskapisme?" di Jakarta, Rabu (21/1).<>

Fenomena itu, menurut Julia, juga mengeluarkan filsafat dan tradisi sufisme yang serius, yang metafisik, menjadi budaya populer melalui media massa elektronik. "Beberapa program tasawuf diadakan di hotel-hotel, juga tur haji dan umroh yang dipimpin profesor tasawuf," katanya.

Howell mengatakan, sufisme masyarakat di perkotaan, khususnya di kelas menengah ke atas, berkaitan erat dengan tekanan modernitas sosial, dan terjadi di seluruh dunia, baik Timur dan Barat.

Pengamat keagamaan Haidar Bagir mengatakan, kemajuan di perkotaan ternyata membawa keterasingan manusia modern yang akhirnya meningkatkan kecemasan, depresi, dan mental psikologis lainnya.

"Kekosongan yang dirasakan justru terjadi ketika manusia telah mencapai kemakmuran material. Kemudian terjadi arus balik dengan menjamurnya paguyuban spiritualisme, dan sufisme mendapat pengikutnya sendiri di kota-kota besar," katanya.

Sedangkan pengamat keagamaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Kautsar Azhari Noer mengatakan, kata sufisme dan tasawuf sedang mengalami "inflasi" karena dilekatkan pada fenomena keagamaan yang tidak tepat.

"Kebangkitan keagamaan atau kebangkitan spiritualisme seringkali terburu-buru dilabeli dengan sufisme atau tasawuf, padahal seharusnya lebih tepat jika diklasifikasikan sebagai Gerakan Zaman Baru atau New Age Movement," katanya.

Ia mengatakan, kemunculan kelompok spiritualisme di beberapa kota di Indonesia seperti Anand Ashram, Beshara, atau Metafisika Study Club atau Salamullah Lia Eden, jelas tak mengidentikkan diri dengan Islam. (ant/nam)


Terkait