Gerakan Pemuda (GP) Ansor diminta lebih peduli terhadap persoalan nyata yang dihadapi umat. Karena itu, kegiatan yang diselenggarakan tidak sebatas seremonial semacam latihan kepemimpinan dasar dan konferensi.
“Program yang perlu digarap, adalah hal-hal riil yang menyentuh langsung pada kesejahteraan umat,” kata Wakil Ketua Pengurus Wilayah GP Ansor Jawa Tengah, Jabir Al Faruqi, dalam acara konsolidasi Pengurus Cabang FP Ansor Brebes, Jateng, di Kantor PCNU setempat, akhir pekan lalu.<>
Visi kiprah kepemudaan, lanjutnya, harus jelas, yakni tampil sebagai ‘penyelamat bumi’ termasuk penghuninya. Pemanasan global, misal, akan berpengaruh pada tingginya air laut pasang. Sehingga jutaan tambak akan ditenggelamkan.
Melihat hal tersebut, GP Ansor dituntut tampil bagaimana menyelamatkan tambak-tambak tersebut dan pemiliknya. Artinya, dengan hilangnya tambak, maka akan hilang aset warga dan pekerjaan. Akibatnya tentu makin banyaknya pengangguran dan bencana kemiskinan di masyarakat pantai.
Wujud nyata dari penyelamatan daerah pantai, GP Ansor dalam programnya, misal, menanam bakau atau penghijauan dengan menggaet instansi terkait. “Untuk menyejahterakan anggota atau masyarakat, pengurus Ansor tidak harus kaya, tapi cukup dipegang orang yang memiliki komitmen dan gagasan strategis,” ujar Jabir.
Kader GP Ansor jangan membanggakan baju kebesaran NU, sementara kiprah dirinya tidak nyata di masyarakat. Buktinya, kader Ansor sering ‘tertinggal’ dan ‘ditinggal’ dalam kancah pergaulan organsiasi kepemudaan dan pemerintahan.
Mestinya, GP Ansor memiliki klasifikasi kader. Sehingga potensi diri dari masing-masing kader bisa dibaca dan yang selanjutnya didayagunakan. “Kalau tidak ada pengklasifikasian kader, ibarat bawang merah dari berbagai macam jenis dijadikan satu karung. Maka, harganya murah bahkan tak layak jual,” ucapnya.
Klasifikasi kader bisa ditata dari kartu anggota dan data potensi anggota. Lewat bank data potensial bisa ditemukan, anggota dengan berbagai latar belakang pendidikan, pekerjaan, keahlian khusus dan sebagainya. “Tapi, selama ini kita hanya berbangga diri dengan kebesaran nama NU, tapi bagai kepompong,” gugatnya. (was)