Warta

GSA Mulai Nodai MoU Damai Aceh

Jumat, 19 Agustus 2005 | 01:11 WIB

Lhokseumawe, NU Online
Gerakan Separatis Aceh (GSA) mulai menodai kesepakatan damai pemerintah dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang telah ditandatangani pada 15 Agustus 2005, dengan melakukan penculikan, pungli dan pembunuhan.

"Salah seorang warga Desa Alue Mudin, Kecamatan Lhok Sukon, Sjarifuddin Jamil (56) ditemukan tewas dibunuh di Desa Blang Kolam, setelah sebelumnya diculik dan disiksa selama sepuluh hari," kata Komandan Satgas Info Koopslihkam Letkol Caj Erie Soetiko di Lhok Sukon seperti dikutip Antara, Kamis (18/8) kemarin.

<>

Ditemui bersama saksi Ilyas Bakar di rumah korban, ia mengatakan, korban dibunuh setelah keluarga korban tidak dapat memenuhi uang tebusan sebesar Rp25 juta yang diminta GSA sebagai syarat pembebasan korban.

Peristiwa penculikan, penyaderaan dan pembunuhan itu berawal dari kepergian korban bersama saksi Ilyas Bakar ke kebun durian milik korban di Blang Kolam, Desa Alue Sagowing, Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Utara pada 10 Agustus silam sekitar pukul 10.00 WIB.

Saat korban melakukan shalat Ashar, saksi Ilyas dihampiri delapan orang bersenjata laras panjang yang diduga sebagai angggota GSA. "Delapan orang itu bertanya kepada saksi tentang keberadaan korban. Usai shalat, saksi memanggil korban dan mempersilahkan delapan orang bersenjata itu berbicara dengan korban," ujarnya.

Ternyata, tambah Erie, dalam perbincangan itu menurut saksi, korban dimintai uang pajak Nanggore sebesar Rp25 juta, namun pihak keluarga hanya mampu memenuhi permintaan GSA sebesar Rp5 juta.

"Karena belum menerima uang tebusan yang dijanjikan keluarga korban, maka korban dibawa ke hutan. Saksi sempat dibawa ke hutan untuk menjumpai korban dengan mata tertutup untuk menyampaikan pesan GSA agar keluarga korban segera memenuhi uang tebusan yang diminta," ujarnya.

Namun, karena keluarga tetap tidak bisa memenuhi permintaan GSA maka pada 17 Agustus 2005 sekitar pukul 13.00 WIB korban ditemukan tewas dengan sejumlah luka siksaan di sekujur tubuh. "Korban kemudian langsung dimakamkan Rabu (17/8) malam," kata Erie.

Menanggapi peristiwa tersebut, ia mengimbau kepada GSA untuk benar-benar mematuhi kesepakatan damai pemerintah-GAM yang telah ditandatangani. "Ini merupakan salah satu bentuk pengingkaran terhadap kesepakatan damai yang telah ditandatangani," ungkap Erie menegaskan.

GAM harus mulai tegas untuk menertibkan pasukaannya di lapangan agar tidak melakukan berbagai tindakan intimidasi dan kriminal yang menggangggu proses damai yang telah disepakati," ujarnya.

Aceh Telah Merdeka

Sebelumnya  Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi mengatakan, dengan perjanjian RI-GAM seperti yang ditandatangani 15 Agustus lalu, secara tidak langsung Aceh telah merdeka tanpa deklarasi.

"Saya tidak tahu apa yang akan terjadi di Papua, Maluku dan daerah lainnya," kata Muzadi usai acara tasyakuran 60 tahun Kemerdekaan RI di kantor PMII, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, keistimewaan yang diberikan di Aceh dapat menimbulkan keinginan daerah lain, utamanya yang masih terjadi pertikaian untuk melakukan cara-cara yang sama, dengan meminta bantuan internasional, dengan pendekatan HAM. "Jika ini terjadi peperangan saudara sudah didepan mata," tandas mantan Cawapres PDIP ini. (cih)

 


Terkait