Mantan presiden KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menolak usulan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin tentang pembentukan koalisi partai politik (parpol) Islam. Menurutnya, koalisi yang juga disebut “Poros Tengah Jilid Dua” itu tidak perlu.
"(poros) Tengah apa, tengah hutan? Pokoknya bangsa (semacam) yang gitu-gituan, nggak usahlah," kata Gus Dur dalam acara Kongkow Bareng Gus Dur di Kedai Tempo, Jalan Utan Kayu, Jakarta, Sabtu (13/12) kemarin.<>
Tokoh Partai Kebangkitan Bangsa itu menegaskan, parpol harus bekerja keras untuk rakyat, tak perlu koalisi. “Yang penting berkerja untuk menghilangkan kemiskinan. Saya kira itu sudah sama," ujar Gus Dur.
Gus Dur juga tak terlalu menanggapi serius anggapan kekuatan parpol Islam kalau berkoalisi akan menjadi besar. "Halah! Ya, guyon to (bercanda saja)!" ucapnya.
Din, Kamis (11/12) lalu, mengusulkan agar parpol Islam atau yang berbasis massa Islam membentuk koalisi strategis menjadi poros tengah untuk menyatukan suara umat Islam. “Hal ini dimaksudkan agar representasi politik Islam tetap berlanjut dan marwah politik Islam tetap terjaga,” katanya.
Menurutnya, kekuatan politik Islam yang tersebar di banyak parpol hendaklah tidak menjadi titik lemah tapi justru menjadi kekuatan umat Islam pada ranah politik.
Banyaknya parpol Islam, selain berpotensi memecah belah umat Islam, juga dapat membawa kekalahan politik. Apalagi selama ini perolehan suara parpol Islam dan parpol berbasis massa Islam pada beberapa Pemilu cenderung konstan di bawah 40 persen.
Menghadapi kenyataan itu, kata Din, perlu diciptakan simpul-simpul lingkaran yang membuat ikatan kuat, khususnya pada persoalan strategis seperti pada masalah-masalah kebangsaan dan pemilihan presiden dan wapres.
Jika hal itu tidak dilakukan, maka kekuatan politik Islam akan melemah dan parpol-parpol Islam hanya memjadi pelengkap penyerta dari arus kekuatan politik lain.
Koalisi strategis ini dibutuhkan menjelang Pilpres karena idealnya parpol Islam dan parpol berbasis massa Islam tampil dengan calon tunggal untuk capres dan atau cawapres. “Koalisi strategis ini akan berfungsi sebagai Poros Tengah baru terhadap dua kekuatan yaitu incumbent dan oposisi,” kata Din. (rif)