Warta

Gus Sholah: Ruh NU Tidak Tertangkap

Senin, 9 Januari 2006 | 07:07 WIB

Jakarta, NU Online
NU telah mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perlu ada waktu khusus untuk mengadakan semacam rekflesi bersama warga NU pada hari peringatan hari kelahiran NU 31 Januari nanti. Peran organisasi NU di masa lalu perlu dibincang dan Peran di masa depan perlu dirumuskan kembali.Tugas NU yang terpenting saat ini adalah mewujudkan Islam dalam kehidupan.

Demikian KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah), salah seorang cucu Rais Akbar NU KH. Hasyim Asy'ari yang sempat menjabat ketua Tanfidziyah PBNU. Gus Sholah berpandangan bahwa ke depan NU seharusnya lebih berkonsentrasi pada kerja kerja sosial yang lebih kongkret. Menurutnya, sejak Gus Dur, kakak kandungnya, menjabat sebagai ketua umum PBNU terjadi perubahan pola pikir di lingkungan warga pesantren. Namun perubahan ini lebih sering berputar-putar pada persoalan-persoalan yang kurang penting.

<>

"Misalnya ada pemikiran yang mempertanyakan soal kesahihan al-Qur'an. Nggak tahu apakan ini disebut pemikiran liberal atau apa. Mereka mengatakan bahwa pembukuan al-Qur'an waktu itu ada unsur politik dan seterusnya. Kalau yang seperti ini kita bongkar terus, kita tidak akan kemana-mana. Ini namanya ruh NU tidak tertangkap. Menurut saya, kebebasan itu tentu ada batasnya," kata Gus Sholah.

Sebaliknya, lanjut Gus Sholah, kalangan NU yang lain lebih sering salah faham dengan gagasan-gagasan Gus Dur dan para kadernya yang dianggap menyimpang dari ajaran NU. Menyinggung kasus pembelaan GUs Dur atas aliran Ahmadiyah, Gus Sholah mengatakan bahwa kecaman para kiai terhadap Gus Dur hanyalah kesalahfahaman. Gus Dur, katanya tetap menyalahkan ajaran Ahmadiyah. "Gus Dur hanya tidak setuju kalau ada yang bertindak kekerasan," katanya.

Lebih lanjut, Gus Sholah menyatakan, warga NU merasa menikmati prinsip-prinsip perjuangn NU seperti tawasuth (jalan tengah), tawazun (seimbangan) dan tasamuh (toleran), namun dalam tataran praksis perlu direnungkan kembali apakah warga NU sudah melakukan itu. Terkait managerial NU, dia menambahkan, budaya verbal di NU perlu ditrasfer kebudaya kerja. "NU boleh bilang kalau sekarang MUhammadiyah ikut tahlilan. Tapi dalam masalah lain NU juga ngikut Muhammadiyah donk!" katanya.

Peringatan harlah NU rencananya akan diisi dengan beberapa acara. Pada 30 Januari 2005 beberapa pengurus senior NU seperti Gus Dur, KH. Sahal Mahfudh, KH. Hasyim Muzadi, dan KH. Musthofa Bisri akan menyampaikan pidatonya selama beberapa menit secara bergantian di Gedung PBNU. Pada tanggal 31 diadakan dialog khusus membahas perjalanan NU dari massa ke masa. Tema penting dalam dialog itu adalah seputar masalah ekonomi kerakyatan, kebudayaan, dan soal managerial NU. Diskusi juga akan diadakan secara interaktif melalui salah satu stasion televisi dan radio. Lembaga Dakwah (LD)NU malam peringatan harlah ke-80 NU akan menggelar istighotsah di masjid Istiqlal Jakarta. (anm)


Terkait