Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, KH Sholahuddin Wahid (Gus Sholah), mengaku tak mempersoalkan keberadaan pemimpin perempuan. Menurutnya, dalam undang-undang atau hukum tata negara yang berlaku di Indonesia, tidak terdapat klausul khusus yang melarang perempuan untuk jadi pemimpin.
Karena itu, adik kandung mantan presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tersebut, meminta kepada masyarakat agar tak berlebihan menyikapi adanya pro dan kontra jika ada perempuan yang ingin menjadi pemimpin. Termasuk menjadi presiden, menteri, gubernur, bupati atau walikota.<>
Gus Sholah mengatakan hal itu usai menemani Calon Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, berziarah ke makam Hadratus Syeikh KH Hasyim Asy’ari (Pendiri Nahdlatul Ulama – NU) di Jombang, Jumat (18/4) kemarin.
Mantan ketua Pengurus Besar NU itu pun tak mempermasalahkan Khofifah yang diusung Koalisi Jatim Bangkit maju dalam Pemilihan Gubernur Jatim pada Juli mendatang. “Kalau saya sendiri, tidak ada masalah,” pungkasnya.
Namun demikian, ia menyarankan agar Khofifah lebih banyak bersilaturrahim kepada para ulama dan kiai NU. Pasalnya, beberapa kiai NU tak setuju atas keberadaan perempuan yang menjadi pemimpin. “Tujuannya untuk menjelaskan permasalahan kepimpinan perempuan,” tandasnya.
“Kepada warga NU, tidak perlu ribu-ribut, karena ini bukan masalah agama. Ini masalah kepentingan. Jadi, gunakan hak pilih,” pinta mantan calon wakil presiden yang berpasangan dengan Wiranto pada Pemilihan Presiden 2004 silam itu.
Ia yakin, Jatim di masa mendatang akan dipimpin seorang yang merupakan kader NU terbaik. Alasannya, jumlah warga NU di Jatim sangat besar. “Yang paling bagus adalah gubernurnya berasal dari kalangan NU. Dan, Khofifah layak jadi orang nomor satu, tinggal sekarang bagaimana dia mampu menjawab keraguan warga Nahdlyin,” ujarnya. (rif/dtm)