Warta

Hukuman Atas Sejarahwan Inggris Dinilai Tunjukkan "Sulawan Barat"

Selasa, 21 Februari 2006 | 13:07 WIB

Wina, NU Online
Iran hari Selasa menyatakan hukuman tiga tahun penjara atas sejarahwan Inggris David Irving di pengadilan Austria hari Senin dengan tuduhan menyangkal Bencana Yahudi jelas menunjukkan "sulawan Barat" atas kebebasan berpendapat.

Menteri Luar Negeri Iran Manouchehr Mottaki menyatakan Barat pada suatu saat mengaku menganut kebebasan berpendapat, tapi pada saar lain menerapkan penanganan berbeda.

<>

Ia menyatakan bahwa dalam pembicaraannya di Brusels hari Senin di parlemen Eropa, para wakil rakyat itu bahkan tidak mau membuka pembahasan atas masalah itu. "Kami tidak mengerti mengapa Barat begitu bersemangat bersikukuh melakukan kejahatan itu dan membunuh tepat enam juta orang (Yahudi)," kata Mottaki.

"Dan tidak seorang pun (di parlemen Eropa) memberi jawaban tentang mengapa Muslim harus membayar kejahatan itu," tambah menteri luar negeri tersebut. Iran merencanakan mengadakan konferensi di Teheran tentang "menjernihkan tingkat kenyataan Bencana Yahudi".

Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad pada berbagai kesempatan menyebut Bencana itu "dongeng" dan menyeru penelitian antarbangsa untuk "menemukan kebenaran" tentang pemunahan manusia dalam Perang Dunia Kedua tersrbut.

Sejarahwan Inggris David Irving hari Senin dijatuhi hukuman tiga tahun penjara. Ia dinilai sebagai lambang penyangkal antabangsa, alam Nazi baru. Dalam tulisannya, ia berpendapat bahwa Adolf Hitler tidak pernah terlibat dalam Bencana itu dan bahwa kamar gas tidak pernah ada di kamp konsentrasi Nazi.

Menyangkal Bencana Yahudi terlarang di Austria dan Jerman. Di Austria diancam hukuman 10 tahun penjara, sementara di Jerman lima tahun. Irving (67 tahun) sesaat sebelum sidang di pengadilan itu menyatakan tersinggung disebut "penyangkal Bencana Yahudi" dan adalah skandal bahwa ia diadili di Austria. "Ini keterlaluan, saya diadili di sini untuk pendapat, yang saya ungkapkan 16 tahun lalu," katanya.

Irving ditangkap saat berkunjung ke Austria bulan November 2005 dengan surat perintah penangkapan atas dua ceramah dan satu wawancara persnya di negeri itu tahun 1989.

Tapi, Irving mengaku bersalah atas tuduhan itu dan menyatakan di pengadilan tersebut bahwa ia sudah mengubah pandangannya, dengan mengatakan, "Saya menyesal bahwa pernyataan saya menyakiti orang."

Jaksa Michael Klacki menyatakan tidak percaya pada perubahan Irving, dengan alasan bahwa tersangka hanya mencuri panggung di pengadilan itu. Namun, pengacaranya meminta keringanan, dengan mengatakan bahwa Irving bukan ancaman bagi demokrasi Austria dan "setiap orang harus mempunyai hak untuk salah".

Hakim Peter Liebetreu menyatakan pengadilan itu tidak menemukan tanda penyesalan dan bahwa sikap Irving atas masa lalu tidak mengarah pada pertanda bahwa ia mengubah pandangannya. Irving seusai amar dijatuhkan menyatakan "sangat terguncang" dan akan naik banding.

Penangkapan Irving memicu silang pendapat di Austria tentang apakah undang-undang anti-Nazi masih diperlukan dan apakah mereka mencampuri hak kebebasan berbicara.  Irving sebelumnya menyatakan Austria harus ikut bersama negara lain di Eropa Bersatu dan menghapus undang-undang anti-Nazi.

Tapi, sebagian besar pengulas Austria sepakat bahwa unsur Nazi baru tidak boleh diijinkan bebas merajalela dan unsur sejarah harus disimpan dalam pikiran. Dari Wellington dikabarkan bahwa Perdana Menteri Selandia Baru Helen Clark menyatakan pengiriman Irving ke penjara akibat menyangkal Bencana itu "mungkin terlalu jauh". Tapi, itu menunjukkan kesungguhan Austria menangani masa lalu Nazi-nya, katanya kepada wartawan.

Helen Clark melarang Irving masuk Selandia Baru pada Oktober 2004, dengan menyatakannya "orang dengan pandangan merusak hubungan baik dalam masyarakat".   Ia menolak ikut campur saat hukum imigrasi Selandia Baru menolak memberi visa enam bulan, yang dengan sendirinya diperoleh warga Inggris, karena Irving juga diusir dari Kanada pada November 1992, sesudah menolak meninggalkan negeri itu setelah diperintahkan.

Dikatakannya, "Austria memunyai masa lalu menyedihkan dalam hal kenyataan bahwa negeri itu terikat dengan Naziisme pada tahun 1930-an dan ’40-an." "Saya pikir, banyak orang akan merasa bahwa dipenjara untuk pelanggaran itu mungkin terlalu jauh, tapi itu menggarisbawahi kesungguhan Austria menangani bagian dari


Terkait