Islam Indonesia sebagaimana yang diajarkan Gus Dur akan mewarnai dunia dalam hal kehidupan beragama. Pasalnya, Gus Dur kerap mengajarkan bagaimana hidup secara berdampingan antara penganut agama satu dengan lainya secara damai.
Demikian terungkap dalam seminar memperingati 100 hari wafatnya Gus Dur yang digelar oleh Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur beberapa waktu lalu.<>
KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) yang menjadi salah satu pembicara waktu itu tidak memungkiri pernanan Gus Dur dalam membangun kehidupan beragama di Indonesia dengan kondisi beraneka ragam namun tetap damai.
''Inilah yang tidak bisa dijalankan di negara-negara lain. Sebab di negara lain selalu ada kelompok mayoritas, juga ada kelompok minoritas. Sementara Gus Dur mengajarkan, meski kita (Islam) mayoritas namun harus tetap melindungi kelompok-kelompok minoritas,'' tuturnya.
Konsep semacam itu, kata dia, yang membedakan Islam Indonesia dengan Islam di negara-negara lain. Makanya, saat ini penganut-penganut Agama Islam di negara-negara yang mayoritas penduduknya bukan Muslim mulai bermunculan baik di Inggris, Amerika, Prancis, Jerman, dan lain sebagainya. Para pemeluk Islam tersebut berharap kehidupan beragama mereka sama seperti yang terjadi di Indonesia.
Sementara itu, Mahfud MD yang juga menjadi salah satu pembicara menjelaskan, selama ini Gus Gur memperjuangkan bahwa Islam di Indonesia merupakan bagian dari negara yang tidak dibenarkan mendeskriditkan kelompok minoritas. ''Itulah kenapa Gus Dur selalu membela kelompok-kelompok miniritas bila sedang ditindas,' katanya.
Menurut Mahfud, Gus Dur tidak setuju apabila Islam dimanfaatkan untuk memaksa dan dimasukkan dalam simbol-simbol formal seperti undang-undang dan lainya.
''Makanya Gus Dur tidak setuju dengan pendirian negara Islam, ini karena membahayakan kelompok minoritas yang ada.Gus Dur mengajarkan bahwa Islam benar-benar menjadi rahmat bagi seluruh umat. Bukan hanya di Indonesia, namun di seluruh dunia,'' ujarnya. (lan)