Pemerintah Israel pada akhirnya mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan berupa barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari masuk ke Jalur Gaza, Senin (24/11). Sebanyak 33 truk mengirim bantuan kemanusiaan itu ke wilayah Jalur Gaza yang selama ini sangat bergantung pada bantuan pihak-pihak luar.
Penutupan penyeberangan antara Gaza dan Israel itu diprotes komunitas internasional. Badan PBB yang bertanggung jawab atas pengungsi Palestina, UNRWA, khawatir dengan kondisi masyarakat Gaza karena stok bahan makanan telah menipis. UNRWA terpaksa menghentikan distribusi makanan gara-gara penutupan pintu penyeberangan pada awal bulan November.<>
UNRWA langsung menyambut baik keputusan Israel untuk mengizinkan semua bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza. Meski demikian, UNRWA meminta Israel membuka semua penyeberangan. ”Pembukaan yang dilakukan secara bertahap sedikit demi sedikit itu tidak cukup. Kami belum bisa berfungsi optimal,” kata juru bicara di UNRWA, Chris Gunness.
Sebelum mengizinkan bantuan masuk, otoritas Israel juga membuka penyeberangan Kerem Shalom selama satu hari. Tak hanya itu. Terminal Nahal Oz—terminal pengiriman bahan bakar ke pusat pembangkit listrik Gaza—juga sudah dibuka. Israel mengaku akan tetap menutup penyeberangan jika kelompok militan masih terus melancarkan tembakan roket dan mortir ke arah Israel.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Israel, Ygal Palmor, mengatakan, inti masalahnya adalah penyeberangan itu menjadi sasaran utama roket, mortir, dan ledakan bom bunuh diri.
”Jika tak ada lagi risiko serangan, kami akan membuka pintu dan memperbolehkan siapa pun masuk,” ujarnya. (luk/kcm)