Semarang, NU Online
Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, Najahan Musyafak, membantah keras tudingan sebagian kalangan tentang dugaan praktik politik uang (money politics) dalam Konferensi Wilayah (Konferwil) NU Jateng di Pondok Pesatren Al-Hikmah, Kabupaten Brebes, 11-13 Juli lalu.
Menurut dia, isu itu merupakan upaya sengaja pihak tertentu untuk memperkeruh suasana pasca-Konferwil yang memilih Mohamad Adan sebagai ketua tanfidziyah PWNU Jateng. Pasalnya, tidak ada bukti sedikit pun yang menguatkan isu tersebut.
<>“Persoalan tersebut ‘kabur’, Mas. Karena kami tidak merasa melihat siapa yang dilaporkan dan siapa yang menerima dalam proses politik uang itu,” ujar Najahan dalam perbincangan dengan NU Online di Semarang, Jateng, Sabtu (19/7).
Isu itu, katanya, muncul menyusul gagalnya Adnan menjadi calon wakil gubernur dalam Pemilihan Gubernur Jateng pada 22 Juni lalu. Isu semakin kuat diembuskan karena Adnan saat itu merupakan Ketua PWNU Jateng meski sudah nonaktif.
“Dan, pas kalah, jadi ada pihak-pihak yang membuat gonjang-ganjing di NU Jateng,” ungkap Najahan.
Ia mengaku prihatin dengan kasus yang menurut dirinya ini sangat penting. “Peristiwa ini, warga NU hendaklah jangan sampai terprovokasi dan terpancing dengan hal-hal yang nyata-nyata tidak ada. Bisa saja maling teriak maling,” ucapnyanya.
Ia menilai, sepanjang proses persidangan pemilihan ketua yang dipimpin Ketua Umum Pengurus Besar NU KH Hasyim Muzadi berlangsung aman, demokratis, sesuai agenda acara. “Bahkan, Kiai Hasyim memimpin dengan tegas, jelas dan santun,” ujarnya.
Dari sisi apa pun, imbuh Najahan, perseteruan ini berpotensi imbas yang sangat negatif. Maka, perlu adanya klarifikasi yang dilandasi sikap kejujuran, keikhlasan dan berbaik sangka kepada siapa pun.
“Kultur NU tidak sekejam itu dalam proses menggolkan seorang pemimpinnya. NU jangan disamakan dengan parpol,” tandasnya.
Hal senada dikatakan Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Tegal Basukiyatno. Menurutnya, politik uang dalam Konferwil NU hanya isu. Pasalnya, belum ada data, yang kenyataannya perlu ditelaah dan diteliti lebih mendalam.
Kalau isu itu benar-benar terjadi, lanjutnya, disikapi sebagai sebuah masa lalu. Sehinga perlu juga menjadi bahan kajian dan bahan pelajaran untuk masa mendatang agar penyelenggaraan Konferwil bisa berjalan baik dan sukses.
“NU, berjalan seperti biasa. Namun, rumor ini mestinya bisa sebagai kaca benggala di intern NU,” jelasa Basukiyatno. (was)