Warta

Jadikan Indonesia Sebagai Orbit Kekuatan AS di Asia Tenggara

Rabu, 8 November 2006 | 08:32 WIB

Jakarta, NU Online
Menjelang kunjungan Presiden Amerika Serikat George W Bush ke Indonesia pada 20 November mendatang, banyak spekulasi di masyarakat yang beredar memaknai makna simbolis dari kunjungannya tersebut. Sejumlah kalangan nasional menilai kunjungan Bush ke Indonesia tidak lain adalah untuk membidik Indonesia sebagai orbit kekuatan AS di Kawasan Asia Tenggara.

“Indonesia sebagai Negara Muslim terbesar di dunia dianggap memiliki power di kawasan Asia tenggara. Karena itu, melalui kunjungan Bush (ke Indonesia) ini, AS ingin meyakinkan pemerintahan Indonesia” ungkap Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Lembaga Pengkajian Strategis Indonesia (ISSI) Hendrajit kepada NU Online di Jakarta, Rabu (8/11).

<>Menurutnya, Filipina dan Singapura yang selama ini menjadi sekutu AS tidak memiliki daya tawar yang cukup kuat di kawasan Asia Tenggara. Kedua Negara ini juga dinilainya kurang bisa memberikan ruang gerak bagi AS untuk memperkokoh kebijakan luar negerinya.

Direktur Eksekutif Indonesian Future Institute (IFI) itu juga mengatakan, pemerintahan Bush saat ini nampaknya semakin dilanda paranoid dan kecemasan yang mendalam. Para penentu kebijakan keamanan pemerintahan Bush sedang melakukan persuasi diplomasi tingkat-tinggi untuk membujuk negara-negara yang tergabung dalam ASEAN untuk membentuk semacam persekutuan militer di kawasan Asia Tenggara. Yaitu Asean Defense Forum (ADF).

ADVERTISEMENT BY OPTAD

“Amerika nampaknya semakin khawatir karena dalam berbagai prediksi yang mereka buat  melalui riset beberapa lembaga pengkajian, meramalkan bahwa Republik Rakyat Cina akan muncul sebagai kekuatan raksasa di Asia Pasifik. Dan ini membuat Amerika semakin paranoid,” terang Hendrajit.

Karena itu masuk akal kiranya, tambah Hendrajit, kalau dalam kunjungannya nanti Bush meyakinkan pemerintahan SBY untuk menjadi sekutu utama di kawasan Asia Tenggara. mengingat, Cina saat ini semakin kuat di kawasan Asia Pasifik dan khususnya Asia Tenggara.

“Apalagi pakar politik Amerika Samuel Huntington dalam bukunya the Clash of Civilization, membuat proyeksi di tahun 2010 bahwa Amerika dan Cina akan pecah perang berskala luas yang akan menyeret negara-negara lain di kawasan Timur Tengah maupun Asia Tengah. Yang tentunya pada akhirnya akan menyeret negara-negara kawasan Asia Pasifik untuk menentukan di pihak mana mereka berada di tengah konfrontasi antara kubu Amerika versus Cina,” pungkas Hendrajit. (dar)


Terkait