Warta

Kader Fatayat Harus Bangun Tim Handal

Sabtu, 24 Maret 2012 | 23:29 WIB

Semarang, NU Online
Kader Fatayat Nahdlatul Ulama harus bisa membangun tim yang handal. Yaitu tim yang bisa menggerakkan roda organisasi dan mengembangkan pelayanan kepada masyarakat, khususnya kaum perempuan muda. <>

Seorang kader tentulah beda dengan anggota biasa. Sebab kader adalah anggota yang telah mengikuti pelatihan kader dan telah memiliki jiwa perjuangan, jihad fi sabilillah dalam berkhidmah kepada ummat. 

Karena itu, sebagai pemimpin, pelopor dan motivator, setiap kader fatayat  harus bisa mengembangkan dirinya dan orang lain sehingga membentuk sebuah tim kerja yang handal. 

Demikian disampaikan Dosen IAIN Walisongo Semarang yang juga mantan pengurus PW Fatayat NU Jateng Lift anis Ma’shumah dalam Pelatihan Kader Dasar (PKD) yang diadakan PC Fatayat NU Kota Semarang di Gedung PCNU Kota Semarang, Jl. Puspogiwang I/47 Semarang, Sabtu (24/3). 

“Fungsi seorang kader adalah menjadi pemimpin. Untuk itu perlu memahami dan menerapkan jiwa sebagai seorang pemimpin,” kata Anis yang kini jadi pengurus PW LP Maarif NU Jateng. 

Dijelaskannya, pemimpin mestilah bisa membangun kemitraan, mengatur anggotanya dan mengarahkan agar setiap anggota mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama. 

Kepemimpinan, kata dia, tidak bisa berdiri sendiri. Pasti memerlukan keterlibatan orang lain. Karena itu menurutnya, yang diperlukan dari pemimpin adalah pengaruhnya dalam mengelola segenap anggota yang menjadi mitranya. 

“Yang dituntut dari pemimpin adalah tanggungjawabnya. Berhasil tidaknya kader fatayat adalah dari seberapa besar anggotanya bisa bergerak dalam satu irama untuk mencapai tujuan. Jadi harus mengorganisir tim mulai perencanaan sampai evaluasi kegiatan,” jelasnya. 

Lebih lanjut Anis menerangkan, ada beberapa sifat yang diharapkan ada dan melekat pada diri seorang pemimpin. Yaitu berpandangan luas, terbuka terhadap hal baru, juga tegas alias memiliki pendirian yang kuat. Berikutnya luwes alias bisa menyesuaikan diri, lalu adil, berpihak pada kebenaran. Serta berwibawa dan bijaksana dalam setiap situasi. 

Adapun untuk melaksanakan manajemen yang baik, lanjutnya, dibutuhkan pola komunikasi dan kerjasama yang baik. Wujudnya struktur organisasi yang rapi dan terkontrol oleh aturan. 

Di akhir paparannya, Anis menyebutkan sebuah kutipan pelajaran manajeman, “tim yang solid dan berkualitas bukanlah sesuatu yang muncul tiba-tiba. Tetapi dari kesungguhan, usaha yang tulus, arahan yang cerdas dan ekesekusi yang terampil”. 

Fatayat Eksis di Setiap Zaman 
Pembicara lain, Ketua IV PW Fatayat NU Jateng (Bidang Hukum, Politik dan Advokasi) Evy Nurmilasari menyampaikan makalah bertema Kefatayatan. Kepada para 160 hadirin yang berasal dari pimpinan cabang, pimpinan anak cabang, pimpinan ranting serta pimpinan anak ranting Fatayat se-Kota Semarang ia menguraikan sisik melik tentang badan otonom NU bidang pemudi ini, mulai sejarah lahirnya sampai kiprahnya di era modern saat ini. 

Evy menguraikan, Fatayat dari masa ke masa selalu memiliki peran penting dalam kehidupan bangsa Indonesia seirama dengan peran Nahdlatul Ulama. 

Sebagaimana NU, Fatayat mengalami dinamika politik dan pergulatan jati diri dalam setiap era. Namun yang tidak pernah beruha, kata dia, Fatayat selalu konsen menggarap isu-isu terkait kepentingan perempuan, yaitu kaum ibu muda dan pemudi pada umumnya. Baik muslimah maupun non Islam. 

“Fatayat selalu memiliki peran dalam sejarah. Kita eksis di setiap zaman, terutama dalam pelayanan kepada kaum perempuan. Sebagaimana ideologi dan peran NU di Indonesia, Fatayat biasa bersinergi dan melayani kaum perempuan termasuk yang non Islam,” tuturnya. 


Aswaja Menurut NU
Berikutnya, Wakil Katib Syuriyah PCNU Kota Semarang H Abdoel Khalik menyampaikan materi Ahlus Sunnah wal Jamaah (aswaja) dengan banyak bertanya jawab  dengan para peserta. 

Disampaikannya, NU telah merumuskan aswaja adalah pola sikap keagamaan yang mengikuti Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya, serta mengikuti salafus solih dalam memahami agama. Yaitu terpola dalam sikap pendekatan tawasuth dan i’tidal (moderat, adil dan tidak ekstrim). Serta tasamuh (toleran, lapang dada dan saling pengertian) dan tawazun (seimbang dalam berfikir dan mengambil keputusan). 

Wujud pemahaman ini, NU memakai dalil al-mukhafadlotu ala qodimi al-sholih wal akhdzu bil jadidil aslah. Yaitu mempertahankan yang lama yang baik dan mengambil yang baru hanya yang lebih baik. 

“Dalam Bahstul Masail dan Munas Alim Ulama di Jakarta pada Juli 2002 NU telah membuat definisi putusan, bahwa ilmu kita itu sedikit dan amat terbatas. Maka dianjurkan untuk ittiba’ (mengikuti) madzahab yang telah dibuat oleh para ulama ahli dan telah disepakati,” jelas mantan sekretaris PCNU Kota Semarang ini.   

Teknisnya, terang dia, dalam aqidah mengikuti salah satu dari imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur Al-Maturidy. Dalam hal ubudiyah mengikuti salah satu dari empat imam madzhab; Malik bin Anas, Abu Hanifah, Muhammad bin Idris as-Syafi’i, dan Ahmad bin Hanbal. 

Lebih lanjut anggota Komisi Pemilihan Umum Kota Semarang ini mengungkapkan, orang-orang yang menuding NU sebagai pelaku bid’ah pastilah tidak mengerti adanya ijma’ di kalangan ulama salaf bahwa bid’ah itu berhubungan dengan syara dan terbagi dalam empat kategori. 

Yaitu, kata dia, bid’ah mandubah (dianjurkan) seperti tarawih berjamaah, mendirikan pesantren, dsb), bid’ah mubahah (diperbolehkan) seperti berjabat tangan usai sholat berjamaah, dan bid’ah markuhah (dicegah) semisal menghias masjid secara berlebihan. Dan ada pula bid’ah muharromah yaitu seperti doktrin menghalalkan harta orang tua untuk dicuri asal untuk perjuangan negara Islam. 

Ketua PC Fatayat NU Kota Semarang Nyai Hj Aminah Hadlor memaparkan, kegiatan PKD tersebut diadakan untuk meningkatkan kualitas para pengurus Fatayat di semua tingkatan, serta untuk mempertebal pemahaman aswaja bagi para anggota Fatayat NU. 

“PKD ini untuk para pimpinan di tingkat kecamatan, kelurahan dan dusun. Kami harap para peserta menularkan apa yang telah didapat di forum ini kepada anggota masing-masing di kepengurusannya sesuai tingkatnya,” ujar pengasuh santri putri di Ponpes Al-Islah, Mangkang, Tugu, Kota Semarang ini.

Aminah menambahkan, dalam tahun 2012 ini pihaknya akan mengadakan Pelatihan Kader Lanjutan untuk alumnus PKD tersebut. Direncanakan akan mengambil tema kesehatan meliputi pentingnya Air Susu Ibu (ASI) dan pencegahan penyakit bagi kaum perempuan. 




Redaktur      : Syaifullah Amin
Kontributor  : Muhammad Ichwan



Terkait