Warta

Kang Said: Perbaikan Hubungan NU-PKB Harus atas Kemauan Kedua Pihak

Jumat, 24 Juli 2009 | 02:48 WIB

Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menilai, harus ada upaya serius untuk memperbaiki ketidakharmonisan hubungan antara NU dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Namun, perbaikan itu harus atas dasar kemauan kedua pihak, tidak bisa hanya salah satu.

Demikian dikatakan Ketua PBNU, KH Said Aqil Siroj, kepada NU Online di Jakarta, Kamis (23/7) kemarin. Ia mengatakan hal itu menanggapi kritik Ketua Umum DPP PKB, Muhaimin Iskandar, yang menilai ketidakharmonisan itu akibat NU terlampau jauh berpolitik praktis.<>

Kang Said mengaku menerima kritik Muhaimin karena NU juga bisa saja bertindak salah. Namun, katanya, bukan berarti PKB sepenuhnya benar. Pasalnya, selama ini PKB tampak “enggan” berkomunikasi dengan NU. “Akibatnya, seringkali terjadi ‘ketegangan’ antara pengurus NU dengan PKB di bawah (basis),” katanya.

Maka, imbuhnya, upaya perbaikan itu tidak bisa dilakukan sepihak. “Harus sama-sama menginginkan perbaikan, kesalahan tidak hanya di satu pihak, bukan salah NU saja,” terang tokoh yang turut membidani kelahiran PKB pada 1998 silam.

Upaya perbaikan itu, lanjut Kang Said, mungkin akan dilakukan saat Muktamar ke-32 NU yang direncanakan digelar di Makassar, Sulawesi Selatan, pada Januari 2010 mendatang. Hubungan NU dengan PKB akan ditata ulang, namun sebatas hubungan emosional, tidak secara struktural.

Ia menambahkan, PKB memang bukan satu-satunya “saluran” politik warga NU. Namun, hanya PKB-lah partai yang dibentuk serta didirikan secara khusus oleh sebagian besar kiai dan ulama NU. Maka, ikatan emosional antara keduanya pun lebih kuat dibanding partai berbasis massa pendukung warga NU lainnya.

“Maka, kalau tidak ditata ulang (hubungan NU-PKB), suara nahdliyyin bisa-bisa ‘mubazir’ (baca: tersalurkan ke partai yang tidak jelas komitmennya pada NU). Agar juga koordinasi atau ‘oper bolanya’ (komunikasi) antara NU dengan PKB lebih baik dari yang sebelumnya,” jelas Kang Said.

Sebelumnya, saat perayaan Hari Lahir ke-11 PKB, di Jakarta, Kamis (23/7) siang, Muhaimin mengkritik NU karena dinilai terlampau jauh terlibat dalam politik praktis. Akibatnya, hubungan dan komunikasi keduanya belakangan semakin menjauh hingga seringkali terjadi kesalahpahaman.

“PKB tidak pernah menjauh dari NU, tetapi NU yang terlalu ‘bernafsu’ berpolitik praktis. Sehingga, kebablasan,” terang Muhaimin didampingi Sekretaris Jenderal PKB, Lukman Edy, dan beberapa petinggi partai lainnya. (rif)


Terkait