Kang Said: Tak Ada Ayat Al-Quran tentang Pendirian Negara Islam
Senin, 15 Desember 2008 | 21:45 WIB
Tak ada satu pun ayat dalam Al-Quran yang memerintahkan muslim untuk mendirikan negara Islam. Umat Islam hanya diwajibkan membangun tatanan masyarakat yang harmonis, berkeadilan dan berkesejahteraan.
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengatakan hal itu saat menjadi narsumber pada seminar bertajuk Refleksi Kebangsaan Indonesia Menuju 2009, di Kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel, Surabaya, Jawa Timur, Senin (15/12).<>
“Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi (Muhammad) tidak ada satu pun memuat perintah tentang mendirikan negara Islam, apalagi partai Islam,” ujar Kang Said—begitu panggilan akrabnya, seperti dilaporkan Kontributor NU Online, Maulana Lana.
Menurut alumnus Universitas Ummul Qurra’, Mekah, Arab Saudi, itu, manusia adalah khalifah yang bertugas sebagai ‘mandataris’ Tuhan untuk membangun bagi seluruh alam semesta raya.
Dia menerangkan, perjalanan Nabi Muhammad masuk Yastrib (Madinah) membentuk masyarakat plural. Semua warga berhak beraktivitas dan merupakan keluarga, bukan musuh. ''Yang musuh bersama adalah pejabat yang zalim, pejabat yang korup, dan lain-lain,'' tandasnya.
Dalam konteks ke-Indonesia-an, imbuhnya, nasionalisme Soekarno dibangun juga berlandaskan agama. Dua anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia: KH Agus Salim dan KH Wahid Hasyim, sebagai produk pesantren, juga mendukung kebangsaan, bukan negara Islam.
''Jadi, satu-satunya yang dapat membangun kita adalah jati diri kebangsaan, yang akan menjadi dasar mempersatukan kita. Kenyataannya, kita masih primordial. Kuncinya adalah pendidikan. Sayangnya pendidikan kita masih rutinitas, jadi pendidikan juga belum berhasil,” terang Kang Said.
Hal yang sama dikatakan Direktur Reform Institute Yudi Latif yang juga hadir pada kesempatan itu. Menurutnya, komitmen kebangsaan memuat tentang konsep umat yang dikembangkan Nabi Muhammad di Madinah. Sehingga memperjuangkan nilai kebangsaan berdasarkan agama.
Guru Besar IAIN Sunan Ampel Nur Syam mengatakan, era reformasi memunculkan gerakan radikalisme. Islam garis keras sangat merisaukan, bahkan kemudian akan merugikan NU dan Muhammadiyah.
''Agama seharusnya menjadi sumber legitimasi dan menjadi solusi. Dalam situasi krisis, agama kembali kepada kekuatan aslinya, sebagai kekuatan moral. Agama seharusnya menyampaikan pesan-pesan moral. Sehingga akan dicapai suatu perdamaian,'' katanya. (rif)