Warta

Kekerasan Tak Bisa Dilawan Kekerasan

Kamis, 13 Oktober 2005 | 13:57 WIB

Jakarta, NU Online
Maraknya kekerasan di Indonesia, seperti peledakan bom akhir-akhir ini tidak dapat hanya dilawan dengan kekerasan. Dikatakanya, hukuman mati terhadap para pelaku peledakan bom belum tentu dapat meredam aksi teror bom di Indonesia.

”Kekerasan tidak dapat dilawan dengan kekerasan. orangnya bisa mati, tapi cita-citanya tidak bisa mati,” ungkap pengamat inteljen Wawan Hadi Purwanto dalam dialog yang dirangkai dengan acara buka puasa bersama dengan tema “Menyikapi Bom Bali II, Ancaman dan Strategi Teror Berkelanjutan di Indonesia” yang digelar oleh PB PMII di kantor PBNU Jl. Kramat Raya Jakarta Pusat, Kamis (13/10).

<>

Lebih lanjut, Wawan mempersoalkan minimnya biaya inteljen di Indonesia yang hanya 675 milyar pertahun. Padahal, wilayah Indonesia sangat luas dan terlalu sulit untuk dijangkau. Berbeda dengan negara-negara Barat seperti Amerika, untuk membiayai inteljen, negara berani mengeluarkan dana triliunan dollar.”Mau selamat kok murah banget. Untuk negara seluas ini jelas tidak cukup,” jelasnya.

Soal sulitnya polisi menangkap para pelaku peledakan bom, termasuk Dr.Azhari, Wawan mengatakan, negeri ini diduga ada pihak-pihak yang sengaja menyembunyikan Dr. Azhari Dkk.  Hal itu ditandai dengan mudahnya para pelaku lolos dan bocornya setiap operasi yang digelar oleh polisi.”Ada yang menyembunyikan, yaitu orang kuat. Operasi bocor, berarti ada yang nguping,” ungkapnya.

Sementara itu, pengamat sosial politik Hermawan Sulistiyo yang turut hadir dalam acara tersebut mengatakan, AS adalah motivasi para teroris untuk meledakan bom. Mereka yang melakukan tindakan teror, menurutnya, adalah orang-orang yang memusuhi AS. Sayangnya, yang menjadi sasaran Indonesia, bukan AS.”Yang dimusuhi Amerika, tapi yang dibom kok Indonesia,” kata Hermawan Sulistiyo.

Karena itu, kata Hermawan Sulistiyo, jika memang yang menjadi musuh para teroris itu adalah AS, maka peledakan bom, termasuk di Indonesia akan terus terjadi, selama AS masih ada.

”Yang dimusuhi itu Amerika, tapi di sana Islam tumbuh subur. Saya pernah membangun masjid di sana. Selagi ada Amerika bom akan terus ada. Muslim di AS itu ada 3.8 persen, Ini tentu membuat muslim di sana tidak nyaman,” ungkapnya.(amh/mkf)


Terkait