Surabaya, NU Online
Rais Syuriah PBNU, KH Ma’ruf Amin mengemukakan, wacana pembentukan partai baru karena adanya perpecahan di dalam tubuh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tidak perlu meminta restu PBNU.
"Saya katakan pada kiai-kiai yang datang ke saya, agar jangan minta restu NU untuk membentuk partai baru," katanya dalam seminar yang diselenggarakan Ikatan Keluaraga Alumni Pesantren Tebuireng di Surabaya, Minggu.
<>Mantan Ketua Dewan Syuro PKB itu, berbicara mengenai Islam moderat bersama dengan dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Jogjakarta, Yudian Wahyudi PhD yang juga dihadiri pengasuh Pesantren Tubuireng, Ir KH Salahuddin Wahid.
Sebelumnya diberitakan, menyusul adanya putusan MA yang memenangkan PKB kubu Muktamar Semarang pimpinan Muhaimin Iskandar, kiai dari kubu PKB Muktamar Surabaya yang dipimpin Choirul Anam mewacanakan pembentukan partai baru.
Pada kesempatan itu, Ma’ruf juga menjelaskan sejarah terbentuknya PKB yang dirinya juga merupakan salah satu tim perumus sekaligus pendiri di PBNU. Awalnya NU merupakan bagian dari Partai Masyumi dalam berpolitik. Namun karena NU menilai dari sisi kemaslahatan (kebaikannya) kurang, maka NU keluar dengan menjadikan diri sebagai partai tersendiri.
"Setelah itu, NU dilebur dan terpaksa bergabung menjadi satu dengan partai-partai lain dalam wadah PPP. Namun karena dari sisi maslahat juga kurang, NU mengambil jarak yang sama dengan semua partai. NU ada dimana-mana, namun tidak dapat apa-apa," ucapnya.
Kemudian, NU mendirikan partai sendiri, yakni PKB. Namun PKB kemudian dinilai "lari" dari NU, sehingga sulit untuk menjadi alat perjuangan NU. Karena itu, katanya, saat ini muncul wacana kembali bahwa NU tidak lagi memiliki hubungan lembaga dengan partai manapun. Namun kalau posisi itu yang ditempuh, maka NU sama dengan penyu yang dagingnya haram dimakan tapi telurnya halal."NU akhirnya dimarjinalkan, tapi umatnya banyak dimanfaatkan orang," tutur salah seorang ketua MUI pusat itu.
Ma’ruf juga sempat berkelakar bahwa saat dirinya menjadi Ketua Dewan Syuro DPP PKB telah berhasil mengantarkan KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) sebagai presiden RI. Namun saat Gus Dur menjadi Ketua Dewan Syuro justru tidak."Jangankan menjadi presiden, menjadi calon presiden saja tidak," katanya sambil tertawa. (ant/mkf)