Para kiai pengasuh pondok pesantren di kalangan Nahdlatul Ulama (NU) diminta lebih aktif memajukan pendidikan di pondok pesantren guna mencetak kader bangsa yang mempunyai sumberdaya manusia (SDM) tinggi dan sanggup menjawab tantangan zaman.
Hal itu dikatakan Maftuh Basyuni dalam pidato sambutan pembukaan Silaturahmi Kiai Pengasuh Pondok Peasantren dan Rapat Kerja Nasional Robitoh Ma`ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Besar Nahdatul Ulama, di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta, Jumat (18/5).<>
Peningkatan peran aktif pihak pengelola pesantren, tambah Maftuh, sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kualitas keilmuan para santri, sehingga lebih bisa diandalkan sebagai panutan umat. Apalagi, pesantren di Indonesia dewasa ini mengalami perkembangan yang signifikan.
“Kita berharap sumber daya manusia Indonesia semakin baik di masa depan. SDM yang berdiri dan berkarakter khusus, yaitu memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, menghargai kemajemukan, memiliki etos kerja tinggi, mampu membangun budaya kerja yang produktif, cerdas, sehat dan menguasai sains dan teknologi,” ungkapnya.
Selain Menteri Agama, hadir pula dalam acara pembukaan tersebut Menteri Koperasi dan UKM Suryadharma Ali, Ketua PBNU KH Said Aqil Siradj dan KH Masykuri Abdillah, Wakil Sekjen PBNU Taufik Abdullah, Ketua PP RMI KH Mahmud Ali Zain dan sekitar 300 kiai dari seluruh daerah di Indonesia, serta semua pimpinan Badan Otonom dan Lembaga di tubuh NU.
Sementara itu, Menkop dan UKM Suryadharma Ali menyatakan, departemennya kini telah menjalankan program pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis pondok pesantren. Program tersebut, katanya, bertujuan meningkatkan ekonomi pesantren agar lebih bisa mandiri dalam meningkatkan kualitas pendidikan.”Kami ada program peningkatan ekonomi pesantren,” katanya.
Karena keterbatasan anggaran, pihaknya hingga kini baru bisa memberikan bantuan kepada 109 pesantren untuk mendirikan atau mengembangkan koperasi. Padahal, lanjut Surya, proposal yang masuk ke Kementerian Koperasi dan UKM jumlahnya mencapai 900. Bantuan tersebut, lanjutnya, tentu masih kurang karena pesantren di Indonesia jumlahnya mencapai 16 ribu. ”Alhamdulillah, kami sudah bisa memulai program ini meski baru sedikit,” tuturnya.
Ketua PP RMI KH Mahmud Ali Zain mengatakan, pendidikan pesantren kini sedang menghadapi tantangan yang besar. Karena itu, selain membahas masalah pendidikan, kegiatan yang rencananya akan ditutup oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) di Istana Negera tersebut, Senin mendatang itu, akan membahas masalah pemberdayaan ekonomi pesantren.(nam/duta/mkf)