Kesempatan berkunjung ke Inggris selama 1 bulan dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh 12 kader NU yang mengikuti Pelatihan Deputy Headmaster Education Management (DHEM) di Universitas Leeds, Inggris. Ke-12 kader NU itu antara lain, Evi Norati Jeja, Adrian, Iis Mazhuri, Edi Rahmat Widodo, R Chusnu Yuli Setyo, Moch Machrus Abdullah, Salman Al Farisi, Titik Suryani, Aminah Al Jufri, H Muh Said, Fitriyani Wahab dan Eridian Patrio Putro. Apa saja yang dilakukan mereka selama berada di negeri Britania Raya itu?
Masih di hari ketujuh sejak tiba di kota Leeds, 8 April lalu, rombongan kader NU berkesempatan mengunjungi sekaligus solat dzuhur berjamaah Masjid Pusat London (London Central Mosque). Kunjungan ke masjid terbesar dan termegah di kota London itu merupakan rangkaian dari kunjungan ke tempat-tempat ibadah yang berada di London, setelah sebelumnya mengunjungi Sinagog New Reform.
<>Di masjid itu banyak terlihat warga keturunan arab sedang melakukan sholat berjamaah. Tampak juga warga asli Inggris sendiri di masjid itu meski tak sebanyak warga keturunan. Bermacam-macam pakaian yang dikenakan menunjukkan asal daerah atau budayanya.
“Saat waktu dzuhur seperti ini, jamaahnya hampir memenuhi masjid,” kata James Lapian, penerjemah sekaligus guide para kader NU selama berada di Inggris.
Setelah semuanya menunaikan solat dzuhur, James mengajak rombongan mengunjungi Gereja St. Paul Cathedral, sebuah katedral terbesar dan terindah, tidak hanya di London tapi juga di Inggris.
Sesampai di tempat yang dituju, para rombongan tampak terpesona melihat bangunan tinggi itu. Tak salah memang jika gereja yang pernah digunakan sebagai tempat pernikahan Pangeran Charles dan Putri Diana itu disebut katedral terbesar dan terindah. Ornamen, mozaik, bagian-bagian dalam ruangan gereja benar-benar indah sekaligus menunjukkan karya seni yang tinggi
“Saya tidak bisa menggambarkan betapa cantik dan artistiknya bangunan ini. Mungkin sama seperti orang Inggris kagum terhadap Candi Borobudur,“ celetuk Edi Widodo, salah seorang peserta pelatihan DHEM yang juga turut dalam rombongan.
Mendengar itu celetukan itu, James yang sedari tadi sibuk menjelaskan tentang sejarah gereja tersebut berikut ornamen, mozaik dan bagian-bagian dalam ruangan gereja menjawabnya dengan sebutan perfect, amazing, and extraordinary. “Kalau belum melihat sendiri, belum tahu bagaimana keindahannya,” katanya.
Perjalanan dilanjutkan menuju jembatan Millinium Bridge. Sebuah jembatan yang melintasi sungai Thames dan tidak jauh dari katedral. Untuk menuju jembatan tersebut hanya butuh waktu lima menit dengan berjalan kaki
Di jembatan yang dikenal dengan jembatan goyang itu, rombongan sedikit kecewa karena tak bisa berlama-lama menikmati pemandangannya yang indah. Cuaca yang sangat dingin ditambah sedikit gerimis memaksa rombongan masuk ke dalam bis. “Minimal hari ini kami sudah sampai di sungai Thames yang terkenal kebersihannya sedunia itu,“ kata Edi Widodo menghibur diri. (Moh. Arief Hidayat, bersambung)
Berita ini ditulis berdasarkan laporan Edi Rahmat Widodo, salah satu peserta pelatihan Deputy Headmaster Education Management (DHEM).