Lajnah Falakiyah PBNU: Perbedaan Hari Maulid Nabi Tidak Masalah
Rabu, 17 Februari 2010 | 22:37 WIB
Ketua Lajnah Falakiyah PBNU berharap masyarakat bersikap arif dan mengedepankan ukhuwah islamiyah atau mengedepankan persaudaraan sesama muslim dalam menyikapi perbedaan penetapan awal Rabiul Awal 1431 H yang menyebebkan perbedaan peringatan hari kelahiran atau Maulid Nabi Muhammad SAW.
“Wong Idul Fitri aja bisa beda. Apalagi Maulid Nabi. Ini tidak masalah. Yang penting adalah kapan saja dan di mana pun kita perlu melakukan perenungan dan mencari uswatun hasanah (teladan yang baik) dari peringatan Maulid Nabi ini,” katanya dihubungi NU Online, Rabu (17/2).<>
Seperti diwartakan sebelumnya, ada dua versi penetapan awal bulan Maulid atau Rabiul Awal 1431 H ini. Pemerintah dengan mengacu pada almanak yang memakai kriteria hisab wujudul hilal atau asal bulan sudah di atas ufuk menetapkan awal bulan jatuh pada Senin, 15 Februari 2010, sehingga Maulid Nabi 12 Rabiul Awal jatuh pada 26 Februari 2010.
Sementara NU dengan mengacu pada almanak dengan kriteria hisab imkanurrukyah atau visibilitas pengamatan dan dikukuhkan hasil rukyatul hilal menetapkan tanggal 1 Rabiul Awal jatuh pada Selasa 16 Februari 2010 kemarin, dan 12 Rabiul Awal jatuh pada 27 Februari 2010.
Perbedan penetapan awal bulan ini sudah diprediksi karena adanya kriteria hisab penetapan awal bulan berbeda-beda. Kiai Ghazalie sebelumnya menyatakan, perbedaan kriteria hisab ini menunjukkan bahwa hisab tidak dapat dijadikan dasar penyatuan penetapan awal bulan Qomariyah atau Hijriyah.
“Ada lebih dari 20 manhaj (metode) hisab berkembang di Indonesia, dan perbedaan hitungan hisab selalu ada. Maka hisab tidak bisa dijadikan dasar, namun hanya sebagai pemandu pelaksanaan rukyatul hilal. NU mengadakan rukyatul hilal tiap bulan sekali untuk menetapkan awal bulan Qamariyah sambil menguji data hisab yang ada,” katanya. (nam)