Warta

Madrasah Diniyah Bantu Atasi Kerusakan Moral

Ahad, 25 Maret 2012 | 04:57 WIB

Blora, NU Online
Keberadaan Madrasah Diniyah (Madin) bisa membantu kerusakan moral bangsa. Khususnya kerusakan moral pada remaja. Kerusakan moral tidak bisa dibiarkan. Tetapi semua pihak harus segera mencarikan solusinya. Dan, salah satu solusi yang bisa membantu kerusakan tersebut adalah dengan memasyarakat madin di tengah-tengah masyarakat. <>

”Berdasarkan sejumlah penelitian, kerusakan moral di kalangan remaja kita sudah sangat parah. Karena itu, sudah saatnya masyarakat menyekolahkan putra-putrinya di Madin,” ujar Kasi Pontren kantor Kemenag Blora, Fathul Himam, Ahad (25/3).

Himam, yang juga alumni pascasarjana Universitas NU Surakarta itu menambahkan, berdasarkan sejumlah data yang dia ketahui, saat ini kenalan remaja cukup mengkhawatirkan. Seperti banyaknya sex bebas, aborsi, narkoba dan pergaulan bebas.

”Mereka yang melakukan kenakalan seperti itu, kebanyakan berusia belasan tahun,” ujarnya.
 
Mereka melakukan seperti itu umumnya karena minimnya pengetahuan agama. Pengetahuan agama para remaja minim, karena sekolah-sekolah formal hanya mengajarkan pelajaran sekitar dua jam dalam seminggunya.

Persoalannya sekarang, bagaimana agar anak-anak bisa mendapatkan pelajaran agama secara maksimal. Bagaimana caranya agar anak-anak bisa memahami dan menghayati pelajaran agamanya secara benar. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, bersekolah di madin adalah jawabannya.

Agar bisa melayani kebutuhan siswa dalam memahami ajaran agamanya, maka sudah saatnya madin berbenah. Baik dalam hal pengajaran, pengelolaan, sarana prasarana maupaun kurikulumnya.

Saat ini, Kemenag sudah menyiapkan semacam standarisasi dalam pengelolaan madin. Baik tingkat awaliyah, wustho maupun ulya. Untuk masa pembelajaran, sudah ditetapkan untuk masing-masing jenjangnya. Yakni, untuk awaliyah masa studi selama empat tahun, wustho dua tahun dan ulya dua tahun.

Melalui penjenjangan seperti itu, diharapkan siswa SD, SMP dan SMA/SMK bisa mengikuti pelajaran di madin. Karena itu, orang tua siswa dan pihak sekolah harus bersama-sama memberikan kesempatan agar pada sore putra-putrinya bisa bersekolah di madin. Bentuk dukungannya adalah sekolah formal tidak memberikan kursus atau jam tambahan belajar di sore hari. 



Redaktur     : Syaifullah Amin
Kontributor : Sholihin Hasan


Terkait