Warta

Mahasiswa Indonesia Ikut Demo Tentang Kartun Nabi Muhammad di Syiria

Senin, 6 Februari 2006 | 03:08 WIB

Damascus, NU Online
Sebagaimana terjadi di seluruh  penjuru kawasan Timur Tengah dalam minggu terakhir, puncak demontrasi menentang penghinaan kepada Nabi Muhammad  SAW di Damascus berlangsung secara  serempak pada hari Sabtu, 1 Februari 2006. Bergabung dalam aksi ini berbagai lapisan masarakat, seperti pelajar, mahasiswa, tokoh agama, wiraswatawan dan masarakat umum.

Ratusan ribu massa mulai berkumpul  di Ar-Roudloh Square, distrik Malki, mulai jam 2 siang waktu setempat. Tepat setelah sholat ashar, massa mulai bergerak menuju distrik Abu Rumanah tempat Kedutaan Denmark berada. Tiba di depan kedutaan, luapan emosi sebagian demonstran sudah tak tertahankan lagi. Lemparan batu mulai berterbangan. Barikade ratusan polisi terlihat tak mampu membendung massa yang memaksa masuk.

<>

Sebagian massa berhasil memanjat pagar setinggi 3 meter dan mulai membakar gedung. Api sempat menjalar beberapa lama karena pemadam kebakaran yang datang sempat di hadang oleh massa. Para pelajar dan mahasiswa berbagai Jami’ah dan Ma’had yang datang dikoordinir pihak universitas sudah meninggalkan lokasi demontrasi begitu terlihat aksi berlangsung panas dan memilih pawai keliling kota.

Begitu berhasil melampiaskan kemarahan di kedutaan Denmark, massa yang emosional mulai long march sejauh 2 KM menuju  Kedutaan Norwegia di distrik Mazzeh Oustrad. Bentrokan antara polisi yang  menghadang demonstran yang marah kembali terjadi di depan kedutaan Norwegia dan berlangsung semakin sengit. Puluhan gas air mata dimuntahkan untuk menghalau massa dan beberapa kali terdengar bunyi senapan. Tetapi sebagian dari demontrans kembali berhasil menerobos dan memanjat pagar sehingga berhasil membakar gedung Kedutaan Norwegia. Puluhan polisi dan demonstran terlihat pingsan dan luka-luka akibat bentrokan dan gas air mata.
 
General Mufti Republik Arab Syria, As Syaich Badruddin Hasuun segera menyesalkan   terjadinya pembakaran gedung kedutaan ini dan menatakan permintaan maaf kepada masarakat Denmark dan Norwegia. “Kita punya hak untuk menyatakan kemarahan atas penghinaan kepada Nabi kita Muhammad SAW, tetapi ungkapan  emosional  tidak seharusnya berlangsung seperti itu. Kita mempunai bahasa dialog, hiwar dan Agama Islam adalah Agama perdamaian.” demikian  pernyataan Mufti Sria sebagaimana disiarkan Stasiun Telivisi Syria Sabtu malam.
 
Senada dengan Mufti Am, Menteri Waqaf  Republik Arab Sria, DR Ziaduddin Al Aoubi juga menesalkan terjadinya kerusuhan ini. “Sejujurnya, domonstrasi ini berlangsung sangat panas dan emosional.  Saya memahami kemarahan ummat Islam atas penghinaan kepada Nabi Muhammad yang dilakukan oleh pers Denmark dan Norwegia, tetapi seharusnya  tindakan anarkis itu tidak perlu terjadi”, demikian pernyatan Ziaduddin Al Aoubi dalam  siaran berita malam Televisi Pemerintah Seria.
 
Dalam demontrasi ini,  sebagaimana seluruh mahasiswa asing yang lain, hampir seluruh mahasiswa Indonesia di Syria ikut bergabung secara damai. Dengan  membentangkan dua spanduk besar bertuliskan  “It’s Not Freedom that you said, but  dispraise that you mean!” dan “ Muhammad’s honour never stained bi evil hands..!” mahasiswa Indonesia  berjalan mengikuti gelombang ratusan ribu massa bersama dengan ratusan ulama Damakus.
 
Dalam tanggapannya, beberapa Mahasiswa Indonesia di Syria yang dikomentari NU. Online  usai demonstrasi terlihat bermacam-macam. Sholeh Darat Mohtadi, mantan Pimred Majalah Mahasiswa “Fhenomena”, menyatakan, “Kita harus bisa memahami ungkapan emosional sebagian demonstran yang telah membakar gedung-gedung itu,  betapa media massa barat seenaknya mempermainkan emosi kita, tanpa kita dapat  menunjukkan ekspresi sama sekali. Kalau mereka menggunakan dalih kebebasan pers, maka sudah sewajarnya kalau kita juga menggunakan dalih kebebasan  dengan bentuk  mengusir Kedutaan mereka masing-masing dari tanah kita”. 

Umar M Noor, Mahasiwa Pasca Sarjana Universitas Abinnur  mempunyai analisa lain. “Kita harus hati-hati dengan model politik Barat seperti kasus penghinaan ini. Memang, ini semua adalah strategi barat untuk  memaksakan model kebebasan dan globalisasi kepada masarakat dunia. Tetapi, justru dari sinilah kita harus waspada ada apa dibalik itu? Jangan-jangan ini hanya untuk mengalihkan perhatian dari kejahatan perang di Irak?", demikian prediksi Umar.  
 
Dalam aksi ini, walaupun sebagian demonstran sangat emosional meluapkan kemarahannya, sebuah bangunan gereja Kristen Ortodok yang terletak persis  bersebelahan dengan Kedutaan Denmark sama sema sekali tidak diusik. Begitu juga, gedung KBRI  Damacus yang bersebelahan dengan Kedutaan Noerwegia.
 
Kontributor Damascus : Abdul Latif Malik


Terkait