Warta

Mahasiswa Resah Tidak Bisa Lanjutkan Kuliah

Rabu, 23 Februari 2011 | 10:01 WIB

Tripoly, NU Online
Kekerasan dan kerusuhan yang terus melanda Libya semakin membuat semua pihak khawatir. Setelah pidato Muammar Qaddafi yang menyatakan perang terhadap para demonstran, suasana di Libya semakin mencekam.

Sementara itu, para mahasiswa Indonesia di Kampus Kuliyah Dakwah Islamiah Alalamiyah (The Fculty of Islamic Call) Tripoli semakin resah setelah pertemuan dengan pihak rektorat kemarin. Dari pertemuan dengan pihak rektorat, para mahasiswa diharuskan bertahan di Libya jika ingin melanjutkan kuliahnya.
/>
Demikian dinyatakan oleh salah seorang mahasiswi Indonesia kepada NU Online, Rabu (23/2). Menurutnya, kini para mahasiswa berada dalam kegelisahan, baik mengenai keselamatan jiwa maupun kelangsungan study.

"Teman-teman kini bimbang, apakah akan ikut pemerintah Indonesia jika kelak dievakuasi atau tetap bertahan di Tripoli. Masalahnya, kalau bersedia dievakuasi berarti harus berhenti belajar di sini," tuturnya prihatin.

Lebih lanjut, mahasiswi ini berharap, Lembaga Persahabatan Indonesia Libya yang merupakan sponsor pengiriman mereka ke Libya untuk belajar dapat membantu memecahkan kebingungan para mahasiswa di Libya.

"Teman-teman ingin tetap dapat meneruskan belajar, namun perlindungan terhadap ancaman keselamatan tentu saja harus lebih diutamakan. Bagaimanapun, kalau harus dievakuasi kelak, kami tetap ingin bisa meneruskan belajar jika situasi sudah kembali terkendali," terangnya.

Lembaga Persahabatan Indonesia-Libya (LPIL) adalah lembaga Indonesia yang menjalin kerjasama dengan pemerintah Libya dalam beberapa bidang, terutama pendidikan. Tercatat LPIL diketuai oleh Nazri Adhlani dan Tuty Alawiyah sebagai wakil ketua.

Sejumlah tokoh nasional juga terlibat menjadi pengurus LPIL, seperti Hidayat Nur Wahid, Hasan Wirayuda, Taufiq Effendi, Alwi Shihab, KH Hasyim Muzadi, KH Sahal Mahfudz, KH Said Aqil Siroj, Din Syamsuddin, dan Dahlan Rais. (min)


Terkait