Jember, NU Online
Gerakan anti flu burung yang digalakkan pemerintah ditambah pemberitaan yang berlebihan oleh media masa membuat masyarakat panik. Sejumlah pedagang ayam potong lokal dan para peternak ayamnya menanggung beban kepanikan ini.
Para pedagang ayam potong di Pasar Tanjung, Jember, Jawa Timur, mengaku rugi hingga 50 persen, setelah empat daerah di Jember, dinyatakan positif terserang flu burung.
<>Menurut Sri (45) pedagang ayam potong di Pasar Tanjung, Jember, Kamis, mengatakan pemberitaan media terhadap serangan flu burung di sejumlah kecamatan di Jember, sangat merugikan pedagang.
"Karena dengan pemberitaan itu, masyarakat semakin enggan dan khawatir untuk membeli daging ayam sehingga permintaan turun hingga mencapai 50 persen," tegasnya, katanya Kamis (24/8) pagi.
Menurut dia, seharusnya media massa juga berperan aktif untuk memberi rasa tenang kepada warga Jember, meski sejumlah daerah sudah terkena virus flu burung.
"Jangan kemudian menjadi ajang pemberitaan yang menyeramkan dan merugikan pedagang ayam," ujarnya.
Sulasmi, pedagang ayam potong lainnya, mengatakan media massa harus menyampaikan pemberitaan itu kepada masyarakat secara utuh bukan hanya serangan dan korban ayamnya saja, tetapi upaya pencegahan yang sudah dilakukan.
Sebab, kata dia, bila pemberitaan yang dimunculkan berupa kematian ayam dan unggas maka secara otomatis berpengaruh pada warga dan mengurungkan mereka untuk membeli daging ayam.
"Kami berharap agar pedagang ayam jangan jadi korban akibat isu flu burung," kata Sulastri.
Saat ini, lanjut dia, para pedang ayam mengeluh karena sepinya pembeli, meski sebelumnya sepi karena daya beli masyarakat yang masih rendah.
"Kondisi ini jangan diperburuk dengan isu negatif terus soal flu burung," katanya. (son/ant)