Washington, NU Online
Senator utama AS John McCain mengungkapkan kesedihannya Senin atas kematian 24 prajurit Pakistan dalam serangan akhir pekan NATO tetapi menghardik Pakistan atas dukungannya terhadap para pejuang Islam yang membunuh pasukan AS di Afghanistan.
Anggota legislatif dari Partai Republik itu mengatakan semua orang Amerika "sangat sedih" dengan pembunuhan tersebut dan mendukung janji NATO "untuk menyelidiki tragedi ini secara menyeluruh dan segera" namun dengan keras menghardik Islamabad berkenaan dengan perang Afghanistan selama satu dekade, lapor AFP.
<>"Penting untuk dicatat bahwa fakta-fakta tertentu di Pakistan terus akan memperumit secara signifikan kemampuan pasukan koalisi dan Afghanistan untuk berhasil di Afghanistan," katanya dalam sebuah pernyataan.
"Badan intelijen Pakistan terus mendukung jaringan Haqqani dan kelompok-kelompok teroris lain yang membunuh pasukan AS dan Afghanistan di Afghanistan, dan sebagian besar material yang digunakan untuk membuat alat peledak seadanya berasal dari dua pabrik pupuk di Pakistan," kata McCain.
Komentarnya keluar sesudah Pakistan bersumpah tidak ada lagi "urusan normal" dengan Amerika Serikat menanggapi serangan akhir pekan, namun tidak melanjutkan untuk serta merta mengancam akan memutuskan aliansi bermasalah tersebut
NATO dan Amerika Serikat berupaya membatasi dampak buruk serangan Sabtu ketika Pakistan menutup rute pasokan vital bagi 140.000 pasukan asing yang bertugas di Afghanistan dan memerintahkan peninjauan kembali aliansinya dengan AS.
Tokoh puncak Republik di Komite Hubungan Luar Negeri Senat, Richard Lugar, mengatakan kepada para wartawan, relasi "sangat kompleks" dan memperingatkan terhadap seruan untuk memutus bantuan AS kepada Islamabad, dipandang sebagai penting apabila sekutu berubah pendirian melawan ekstrimis.
"Saya tidak akan merekomendasi agar kami mengambil tindakan semacam itu," kata Lugar, seorang pejuang utama bantuan yang diperluas bagi Pakistan untuk memenangkan dukungan rakyatnya dan mencairkan ketidakpercayaan Amerika Serikat.
Redaktur : Hamzah Sahal
Sumber : NU Online