Warta

Media Massa Perlu Jaga Kerukunan Beragama

Rabu, 19 Oktober 2011 | 02:35 WIB

Semarang, NU Online
Media massa dinilai memiliki peran sentral sebagai pemberi informasi dan pembentuk opini masyarakat. Karena itu media harus dijaga dan didorong  menjaga kerukunan beragama di  Indonesia. Media massa perlu mengambil peran penting itu.

Demikian disampaikan Ketua Media Violence Wacth Jateng Multazam Ahmad dalam Talkshow Peran Media Dalam Memperkokoh Kerukunan Umat Beragama di Universitas Islam Wahid Hasyim (Unwahas) belum lama ini.
<>
"Media massa juga sangat berperan dalam menciptakan karakter bangsa, sebab pemberitaan dalam media bisa membangun semangat nasionalisme pada masyarakat,” ujar Multazam di hadapan seratusan tokoh agama lintas iman dan para aktivis mahasiswa. 
Menurutnya, dibutuhkan komitmen untuk berpihak pada persatuan dan kerukunan. Apalagi di tengah kegentingan negara Indonesia yang rawan akan kekerasan yang mengatasnamakan agama akhir-akhir ini. 

Multazam menjelaskan, penyebab terjadinya kekerasan atas nama agama sudah sangat kompleks. Meliputi permasalahan pendidikan, kemiskinan dan ketidakadilan. Terutama masalah kemiskinan dan ketidakadilan, dua hal ini menjadikan masyarakat kurang percaya kepada pemerintah. Sehingga mudah dimasuki pemikiran-pemikiran dari kelompok yang ingin memecah belah Indonesia

“Akibat ketidakpercayaan ini, ada orang yang menawarkan mimpi negara yang adil dan makmur, jauh dari kemiskinan. Ada yang mengajak ganti hukum dan dasar negara segala,” ujarnya.

Tokoh Islam Jateng, Dr Yazid Jamal selaku pembicara panel menyampaikan, untuk menciptakan kerukunan umat beragama haruslah bisa dilakukan dari tingkatan kampus atau mahasiswa. Sebab mahasiswa adalah tonggak penerus utama bangsa Indonesia yang plural. Terlebih seara emosi masih labil.

“Selain itu mahasiswa masih getol mengkaji keilmuan dibanding orang-orang dewasa pada umumnya. Ini potensi yang harus digarap sejak dini,” katanya.

Dia terangkan, kelompok pemecah belah seperti NII menyadari potensi itu, sehingga merekrut mahasiswa sebagai basis gerakannya. Termasuk juga kelompok garis keras dan teroris yang mencari  anggota di kalangan mahasiswa.

“Mahasiswa itu perlu dirangkul sejak dini. Mereka harus dijaga dari paham jahat yang memecah belah NKRI dan kerukunan umat,” tegasnya.   

Talk show tersebut diselenggarakan atas kerja Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Jateng, Pusat Studi Agama dan Kerukunan (Pusaka) Jateng, Media Violence Wacth Jateng, dan Senat Fakultas Agama Islam Unwahas.

Menghadirkan enam narasumber dari berbagai tokoh agama, yakni Pandita Hadi Surya Dharma (Budha), Jaka Suyitna (Hindu), Pendeta Napsun Setiono (Kristen), Pastur Fx Bambang Gautama (Katolik), Khong Santoso (Khonghucu) dan Yazid Jamal (Islam).

Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Ichwan


Terkait