Warta

Menag: Ramadhan Saatnya Berintrospeksi

Sabtu, 8 September 2007 | 06:09 WIB

Malang, NU Online
Menteri Agama Maftuh Basyuni mengimbau umat Islam agar memanfaatkan bulan Ramadhan yang penuh pengampunan sebagai ajang peningkatan amal ibadah dan melakukan introspeksi terhadap berbagai perbuatan masa lalu.

Jadikan Ramadhan sebagai wahana untuk meningkatkan kesabaran karena pada bulan suci itu Allah membukakan pintu pengampunan bagi yang meminta kepada-Nya, kata Maftuh di Purwokerto, Jateng, Jumat (7/9)malam, menjelang keberangkatan lanjutan kunjungan kerjanya ke Malang, Jatim.

<>

"Introspeksi diri kita, apa yang diperbuat sebelumnya. Yang akan datang harus diperbaiki dan lebih baik," kata Menteri.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Jika ada perbuatan dosa, harus meminta maaf dengan cara menyesali atas perbuatan yang tidak pantas itu. Apabila perbuatan itu tetap saja diulangi, maka segala amal ibadah dan puasa Ramadhan tak akan ada artinya, katanya.

Ia mengingatkan, hukuman Allah amat berat bagi yang tidak
mengindahkan perintah dan larangan Allah.

Di tanah air, Menteri mengakui, masih banyak umat Muslim dewasa ini ditimpa kesulitan ekonomi akibat berbagai hal, seperti bencana alam, dan konflik sosial .

Akan tetapi, lanjut Menteri Agama, yakinlah bahwa Allah maha pemurah dan penyayang kepada mahluknya. Selama manusia menjalankan ibadah dengan benar, maka Allah akan melindunginya. "Tak ada orang berpuasa mati kelaparan," tegas Maftuh.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Jadi, lanjutnya, selama Ramadhan hendaknya umat Muslim meningkatkan kesabaran dan meningkatkan amalan, baik terkait dengan hubungan vertikal dengan Allah maupun hubungan horizontal sesama manusia.

"Kita harus sabar. Segala persoalan tak bisa diselesaikan dengan demonstrasi, yang sesungguhnya mempersulit untuk menyelesaikan persoalan," tambahnya.

Terkait kemungkinan terjadinya perbedaan dalam penentuan awal Ramadan dan 1 Syawal 1428 H atau Idul Fitri, menteri mengingatkan  umat Islam agar kembali kepada Al-Qur'an, hadits dan ulil amri (pemerintah).

Ketika negeri ini masih dijajah, ormas Islam bisa membuat keputusan masing-masing melalui metode yang disepakati para ulama. Sekarang pemerintah sudah ada sehingga umat tak perlu susah payah menentukan awal Ramadhan dan Idul Fitri, katanya.

Di negara yang umat Islamnya minoritas, menurut Menag, memang pantas para ulama setempat mencari kesepakatan untuk menetapkan awal Ramadhan. "Jadi, baiknya jika umat Islam ingin bersatu, ikuti ulil amri," katanya.(ant/han)


Terkait