Warta

Minoritas Muslim di Belanda Menderita Akibat Eksploitasi Politik

Kamis, 18 November 2004 | 12:47 WIB

Jakarta, NU Online
Minoritas muslim di Belanda saat ini sedang menghadapi masalah serius. Eksploitasi isu-isu politik dengan mengatasnamakan keunggulan ras dan peradaban yang dilakukan oleh beberapa politisi seperti Geert Wilder dan Ayaan Hirsi Ali menimbulkan polarisasi antara golongan mayoritas dan minoritas.

Wilder berpandangan bahwa minoritas harus berasimilasi dengan mayoritas dan meninggalkan akar budayanya jika ingin tinggal di Belanda dengan argumen karena norma dan nilai-nilai Belanda lebih tinggi, lebih baik, lebih menyenangkan dan lebih beradab.

<>

Sementara itu Hirsi Ali, wanita pencari suaka asal Somalia, secara intens menyebut Nabi Muhammad sebagai pria busuk (menjijikkan) dan seorang tiran sehingga menyebabkan 21 perwakilan diplomatik negara Islam di Den Haag menyampaikan nota keberatan atas pernyataan tersebut. Namun tuntutan yang dilakakan masyarakat atas nama penyebaran kebencian meloloskan Hirsi Ali sehingga penistaan tersebut semakin bebas.

Bersama dengan Van Gogh, Hirsi Ali membuat film berjudul Submission yang memperlihatkan seorang wanita sedang shalat dengan mengucapkan Allahuakbar dengan berpakaian transparan sehingga tubuhnya yang telanjang terlihat. Lalu muncul adegan kekerasan disusul close up tubuh wanita yang berbalur-balur seperti bekas dicambuk dan terakhir diperlihatkan tubuh wanita tersebut bertuliskan al Qur’an.

Film ini menyebabkan seorang Muslim Marokko Muhammad Bouyari (26 tahun) yang berkewarganegaraan ganda Marokko dan Belanda membunuh Van Gogh dengan cara ditikam atas dorongan membela kehormatan agamanya yang terjadi pada (02/11/2004) lalu.

Peristiwa tersebut telah menyebabkan pembakaran masjid yang terjadi diseluruh wilayah Belanda. Kronologis kekerasan antiminoritas tersebut adalah:

5/11/2004, Jum’at malam masjid di Ijsselstein diserang dengan bom Molotov. Karena masih ramai orang, api bisa dipadamkan. Sebuah mobil juga ikut diselamatkan. Tersangka pelaku ditangkap Senin (8/11/2004)

6/11/2004, Sabtu jam 04.00 dinihari masjid di Huizen dibakar dan langsung ketahuan pengurus masjid, 2 pelaku ditangkap, 1 lainnya kabur. Dari mereka ditemukan ransel berisi terpentin, bensin, spiritus, dan kertas. Pelaku dan barang bukti diserahkan ke polisi. Polisi menangkan pelaku ketiga esok harinya.

7/11/2004, Minggu dinihari masjid di Rotterdam-Oost, ditempeli berbagai pamflet berisi teks dan gambar yang melecehkan Islam. Pengurus masjid membersihkan sendiri pamflet-pamflet tersebut. Polisi menyita sebagian untuk bahan investigasi.

7/11/2004, Minggu dinihari masjid besar Mevlana, Rotterdam-West, dibakar. Polisi menangkap pelaku berusia 24 tahun.
7/11/2004, Minggu dinihari masjid di Breda dibakar. Ketika polisi datang api telah berhasil dikuasai.

8/11/2004, Senin pagi bom meledak di sekolah Islam di Eidhoven. Tidak ada korban jiwa karena belum ada orang. Pelaku sampai kini tidak terlacak. Sebelumnya masjid di Groningen diserang bom Molotov dan satu masjid lagi ditulisi graffiti anti Islam.

9/11/2004, Selasa malam sekolah Islam di Uden dibakar ludes. Pelaku meninggalkan teks, “R.I.P” Theo (rest in Peace Theo”

10/11/2004, Rabu dinihari masjid di Heerenveen dibakar. Polisi ikut memadamkan api.

11/11/2004, kamis dinihari masjid di Venray dibakar, 3 tersangka tertangkap tangan oleh polisi.

12/11/2004 Jum’at dinihari masjid di Zuilen, Utrecht, dibakar. Sisa-sisa bahan bakar ditemukan di sekitar masjid. Kerusakan terbatas karena lantainya belum dipasangi karpet.

13/11/2004, Sabtu dinihari masjid kayu di Heiden dibakar ludes. Ini menyebabkan jamaah Muslim tidak dapat menggunakan masjid tersebut untuk sholad  Idul Fitri seperti yang sudah direncanakan sebelumnya.(mkf/dc)

 


Terkait