Semarang, NU Online
Mantan Rektor Undip Semarang Prof. Eko Budihardjo yang melamar menjadi calon Gubernur Jawa Tengah melalui PDIP menilai, bila Ali Mufiz dan Muhammad Adnan sama-sama maju dalam Pilgub Jateng 2008, suara warga NU dikhawatirkan pecah.
Eko usai mengikuti uji kelayakan dan kepatutan cagub PDI Perjuangan di Jakarta, Jumat sore mengatakan, pencalonan Gubernur Jateng Ali Mufiz memang dipersoalkan warga NU karena sebelumnya ia menyatakan tidak mencalonkan.
<>"Tetapi sebagai ’incumbent’ (pejabat bertahan, red) Pak Ali Mufiz sepertinya memang memiliki peluang besar jadi cagub dari PDI Perjuangan," kata Eko yang sempat menjadi atasan Mufiz di Undip Semarang. Mufiz sebelumnya dosen FISIP Undip.
Peluang suara warga NU pecah pada Pilgub Jateng yang dihelat pada 22 Juni 2008 itu karena Ketua PWNU Jateng Muhammad Adnan sebelumnya menjadi cawagub dari Partai Golkar berpasangan dengan cagub Bambang Sadono, Ketua Partai Golkar Jateng.
Meskipun Eko menilai Mufiz memiliki peluang besar, tujuh cagub lainnya masih tetap memiliki peluang untuk dipilih PDIP karena pengumuman resmi masih menunggu keputusan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. "Diumumkan paling lambat akhir Februari 2008," katanya.
Bagi Eko, menang atau kalah dalam perebutan cagub dari PDI Perjuangan bukan persoalan terpenting karena dirinya ingin membuktikan bahwa untuk menjadi calon tidak perlu melakukan politik uang.
"Saya sudah membuktikan, selama mengikuti proses pendaftaran hingga ’fit and proper test’ di DPP PDI Perjuangan sama sekali tidak ada pungutan uang. Ini proses politik yang bagus," katanya.
Mengenai keharusan menyediakan uang honorarium untuk puluhan ribu saksi, Eko menyatakan, seharusnya partai tidak perlu menerjunkan saksi-saksi sendiri, sebab dari alokasi anggaran pilgub sekitar Rp500 miliar, di dalamnya ada alokasi untuk honorarium pengawas pilkada.
Sementara itu dalam silaturahmi Bambang Sadono-Muhammad Adnan dengan Managing Director Suara Merdeka Kukrit Suryo Wicaksono di Semarang, Jumat, pasangan ini mengaku terkejut ketika mengetahui Mufiz akhirnya mencalonkan.
Bambang mengungkapkan, ketika dirinya bersilaturahmi dengan K.H. Sahal Mahfudz jauh sebelum konvensi Partai Golkar, kiai ini memberi pandangan siapa yang bisa mendampingi dirinya sebagai cagub.
Kedatangan Bambang di kediaman Mbah Sahal di Ponpes Maslakul Huda, Pati itu sebenarnya untuk meminta istri Kiai Sahal, Nafizah Sahal Mahfudz, menjadi cawagub.
"Saya meminta Kiai Sahal agar ibu (Nafizah) bersedia menjadi cawagub. Namun Mbah Sahal kurang berkenan. Beliau meminta setidaknya harus dari orang NU. Lalu saya sodorkan nama Pak Ali Mufiz. Beliau menjawab gantian yang lain saja. Justru Mbah Sahal menawarkan, bagaimana kalau Ketua PWNU Jateng (M Adnan). Saya langsung mengiyakan," ungkap Bambang.
Adnan mengatakan, saat mendengar Ali Mufiz ikut mendaftar ke PDIP, ia sempat berniat mengundurkan diri sebagai cawagub namun hal ini ditolak Bambang Sadono.
"Saya sempat ragu. Karena yang saya pikirkan kemaslahatan warga NU, nanti suaranya terpecah belah. Lalu saya konsultasikan kepada kiai-kiai. Jawabannya bisa saya simpulkan, kalau Anda niat, serahkan kepada Allah. Saat itulah saya mantapkan dalam hati untuk maju," kata Adnan. (ant/kut)