MUI Minta Polisi Serius Tangani Pengrusakan Masjid Ahmadiyah Jabar
Senin, 24 Desember 2007 | 07:22 WIB
Bandung, NU Online
Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) daerah Jawa Barat minta aparat kepolisian dapat lebih serius menangani aksi penyerangan serta pengrusakan masjid milik pengikut Ahmadiyah di daerahnya, diduga merupakan upaya provokasi pihak tertentu yang dapat meresahkan umat Islam dan masyarakat umumnya.
Ketua MUI Provinsi Jabar, KH Hafidz Usman, di Bandung, Senin, menduga ada upaya pihak tertentu untuk memprovokasi umat dan meresahkan masyarakat, dengan melakukan penyerangan terhadap Masjid Al-Istiqomah milik jemaah Ahmadiyah di Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Sabtu (22/12) malam oleh sekelompok orang bercadar mirip ’Ninja’.
<>Akibat aksi itu, seluruh kaca masjid berlantai dua tersebut hancur, sebagian genteng masjid pecah terkena lemparan batu, disertai pembakaran sebagian dinding triplek pembatas ruang kelas serta pengrusakan pada seluruh rak buku pada ruangan itu.
Sebelumnya, aksi pengrusakan sejumlah rumah serta tempat ibadah milik pengikut Ahmadiyah juga terjadi di Desa Manis Lor, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan, Selasa (18/12).
Aksi itu, kemudian diikuti dengan penghancuran kaca jendela serta genteng tempat ibadah pengikut Ahmadiyah oleh sejumlah massa di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Tasikmalaya, Rabu (19/12).
"Aksi anarkis ini seperti ada yang merangkaikannya. Saya berharap aparat kepolisian di Jabar ini bersama pihak terkait lain lebih serius menanganinya, untuk menghindari konflik yang lebih jauh," ujar dia pula.
Dia berharap, selain ketegasan serta antisipasi menyeluruh aparat terkait, organisasi kemasyarakatan Islam, seperti NU, Muhammadiyah, PUI, Persis, serta organisasi lainnya juga harus menjadi penyejuk bagi jemaahnya, sehingga tidak terjadi kembali aksi anarkis seperti itu.
Penyerangan dengan menggunakan pakaian ala ’ninja’ itu, dinilai Hafidz, merupakan tindakan tidak sportif dan sangat berbau provokasi.
Hafidz pun mengingatkan bahwa suasana Natal, dan Tahun Baru merupakan suasana yang sangat potensial serta signifikan untuk menimbulkan aksi teror serta memicu konflik dalam masyarakat luas.
Suasana itu dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu yang tidak ingin menyaksikan ketertiban serta keamanan masyarakat Jabar, kata dia lagi.
Namun dia berpendapat, terlalu dini untuk menghubungkan aksi penyerangan itu, dengan suasana politik pra pemilihan gubernur (pilgub) di Jabar yang dijadualkan pada pertengahan tahun 2008 mendatang.
"Walaupun pengikut Ahmadiyah itu keliru bahkan salah, tapi penyelesaiannya harus dilakukan secara beradab. Tentu upaya damai itu tak hanya perlu dilakukan oleh organisasi masyarakat, tapi juga harus diperkuat dengan penegakan hukum yang tegas oleh aparat terkait," kata Pimpinan MUI Jabar itu lagi. (ant/din)