Warta

Mukjizat Selamatkan Guru Pesantren dari Gempa

Jumat, 9 Maret 2007 | 18:09 WIB

Singkarak, NU Online
Fitriwati (32) masih lemah dan berat mengangkat perutnya yang besar, karena di dalamnya ada calon bayi berumur 8,5 bulan. Namun ia bersyukur, masih bisa menghirup udara segar setelah tertimpa reruntuhan bangunan pesantren tempat ia mengajar, akibat guncangan gempa tektonik berkekuatan 5,8 skala richter pada Selasa siang lalu. 

Fitri, yang guru Pondok Pesantren Syeck Abu Samah Al Chalitdy Darussalam di Auduri Sumani Kecamatan X Koto Singkarak, Solok Sumbar, seolah bermimpi dapat selamat dari musibah itu.

<>

"Semata karena "mukzijat". Allah SWT berkehendak, manusia tinggal menjalankan apa yang sudah digariskan untuknya," ujarnya.  

Pascagempa perdana, Fitri bersama, Kepala Pondok Pesantren H Bustami dan beberapa orang guru terkejut dan berhamburan ke luar ruang kantor pondok. “Saya kembali lagi ke dalam kantor, karena tidak yakin gempa susulan terjadi lagi," katanya mengenang, sementara ratusan murid  pesantren itu yang tadinya sedang belajar, setelah  berhamburan semuanya ke luar ruangan dan tidak masuk lagi. 

Tiba-tiba hanya beberapa detik, begitu cepat terasa, gempa ke dua mengguncang hebat, kamipun semuanya berlari kencang meninggalkan ruangan.

Pak Bus, kepala sekolah kami, walau sepatunya tertinggal karena terjepit di antara teras kantor dengan lantai halaman, tetap berhasil ke luar ruangan. "Dengan beban tubuh yang cukup berat, gerakan saya tentu lamban. Saya berteriak, pak Bus saya terjatuh," kata Fitri dengan suara tersendat teringat saat dirinya terjatuh itu yang langsung ditimpa reruntuhan teras bangunan lantai II.

Beberapa detik kemudian, saya sadar bahwa diri saya sudah berada di bawah reruntuhan teras bangunan lantai II pondok itu.
 
Berupaya untuk keluar 

Fitri yang mengaku sering kehilangan akal jika berada di ruang sempit atau gelap, namun kali ini betul-betul ajaib. Berada dibawah himpitan reruntuhan teras bangunan lantai II itu, Fitri sama sekali tidak kehilangan akal.

"Saya terus berupaya mencari celah untuk menyelamatkan diri, keluar dari reruntuhan bangunan yang berbentuk anak kotak korek api itu, namun tetap tidak bisa," kisahnya sedih. 

Ketika itu terlihat oleh saya, ada sedikit celah, dan seketika itu pula saya ulurkan jemari tangan keluar sambil berteriak, "Pak Bus tolong saya, saya berada di bawah reruntuhan ini," katanya.

Selang beberapa menit, gempa usai, Bustami sempat bertanya-tanya kemana guru sastra Arab itu. Tiba-tiba ia mendengar teriakan Fitri meminta tolong.

Setelah mencari sumber suara itu, Bustami langsung mendatangi Fitri. Bersama seorang sopir truk yang sedang parkir di depan pondok pesantren itu ia mengeluarkan Fitri. Ia mengelurakan Fitri dengan cara membobol plat beton teras bangunan lantai II,  Fitri berhasil dikeluarkan dari reruntuhan bangunan.

Doa Ibu menguatkan

Sekujur badan Hj Saadal terasa lemah, kakinya tidak bisa berdiri kuat ketika melihat putri ke delapannya terperangkap dibawah reruntuhan teras bangunan lantai II Pondok Pesantren itu, apalagi dalam kondisi hamil 8,5 bulan.

Padahal baru saja dirinya bangun dan tidak tahu siapa yang menolong ketika gempa itu mengguncang rumahnya. Kepalanya tertimpa lemari saat menunaikan sholat sunat siang itu.

"Ibu kandung siapa yang tak miris melihat anaknya ditimpa bencana," katanya, lantas dia berucap, "Allah selamatkan anakku, ya Allah selamatkan cucuku. Mohon tobat padaMu ya Allah, kuasamu jua yang mengakibatkan bencana ini, namun selamatkan anak dan cucuku ya Allah, ya Rahiim," kata Saadal.

Fitri mengakui mendengar doa uminya itu dan menambah kekuatannya untuk terus bertahan di bawah reruntuhan. Terasa mimpi hidup kembali, walau tidak percaya, Fitri mampu menghirup udara bebas. Perasaannya makin yakin kalau dirinya selamat, setelah ibunya dengan air mata berlinang memeluk Fitri  sambil tetap mengucap syukur.

Kendati masih butuh waktu penyembuhan dari traumanya, Fitri yakin bisa kembali mengajar di pondok pesantren yang memiliki 226  orang pelajar dan 26 tim pengajar itu. (ant/mad)


Terkait