Pondok pesantren perlu memperkuat upaya pencitraan yang lebih baik. Pasalnya, saat ini muncul kesan kurang baik terhadap lembaga pendidikan nonformal yang khas Nusantara itu. Keberadaannya pun terkadang dipandang sebelah mata.
Guru Besar pada Institut Pertanian Bogor, Prof Dr Cecep Kusmana, dalam perbincangan dengan NU Online di Bogor, Jawa Barat, Kamis (11/6). “Saat ini, kita sudah masuk dalam era ‘perang’ citra. Keberhasilan dalam persaingan antara lain ditentukan oleh sejauhmana keberhasilan membangun citra positif,” katanya.<>
Menurut dia, masalah yang dihadapi pesantren, di antaranya, lemahnya promosi dan jejaring, penempatan kerja para lulusan yang belum banyak tersentuh, sarana pendidikan yang jauh memadai dan insentif pendidikan yang relatif masih lemah.
Pembina Pengurus Cabang Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama Kabupaten Bogor itu menjelaskan, saat ini juga muncul kesan mengenai belum memadainya kualitas pendidik, terutama di bidang ilmu umum serta masih lemahnya perhatian cabang ilmu pengetahuan umum.
Karena itu, ia menyarankan agar NU yang memayungi sebagian besar pesantren dapat melakukan berbagai langkah dan upaya nyata bagi perbaikan pengelolaan pesantren. Hal itu penting pesantren selalu menjadi pilihan masyarakat.
Langkah yang mungkin dilakukan, yakni melalui pembentukan wadah dan jejaring untuk memfasilitasi penempatan kerja para lulusan pesantren. Dengan begitu, para santri atau calon santri memiliki gambaran positif mengenai harapan yang dapat dicapai setelah lulus studi.
“Pembuatan wadah semacam job placement ini penting untuk membangun kepercayaan dengan konsumen, pengguna lulusan maupun mitra pesantren. Ini semua diorientasikan pada peningkatan mutu dan peningkatan kepercayaan masyarakat,” terangnya.
Selanjutnya, dapat memanfaatkan potensi modal sosial pesantren guna memperkuat kualitas. Kuatnya budaya infak dan sodakoh di kalangan pesantren dapat dijadikan wahana untuk memperkuat sumber pendanaannya.
Langkah lain melalui revitalisasi kurikulum. Ini penting, untuk, antara lain, membuat strukturisasi materi pembelajaran agar proporsional untuk membentuk pondasi kuat dalam sendi agama; penguasaan ilmu dasar untuk memahami fenomena alam; dan penguasaan ilmu terapan untuk memecahkan permasalahan dan produksi inovasi teknologi bagi kemaslahatan. (hir)