Canberra, NU Online
Pemerintah Australia dan 14 pemimpin Muslim moderat, Selasa, mencapai kesepakatan bersama untuk saling bantu menumpas berbagai aksi terorisme. Kesepakatan tercapai setelah PM John Howard bertemu dengan para pemimpin kelompok Islam di Australia, kemarin.
Pertemuan di Gedung Parlemen Australia itu dimaksudkan untuk menangkal kemungkinan terjadinya kembali serangan terorisme seperti yang terjadi di London 7 Juli yang menewaskan 52 orang. Australia juga menjadi target serangan teroris karena dinilai sangat pro-AS dan turut mengirimkan pasukannya ke Irak dan Afghanistan.
<>"Anggota kami, para Muslim di Australia, siap berpartisipasi dan akan maju ke depan untuk memerangi teroris. Insya Allah ini akan menghindarkan jatuhnya banyak lagi korban akibat aksi teroris. Ini janji kami pemeluk Islam," demikian pernyataan bersama dari kelompok Muslim usai pertemuan.
"Pemerintah harus mendukung dan melindungi para pemimpin Islam dalam perang melawan ekstrimisme," tambahnya.
PM Howard menilai pernyataan bersama dari kelompok Muslim itu sebagai sesuatu yang menjanjikan terciptanya keamanan. "Mereka (kelompok Muslim) telah berjanji untuk menumpas dan memerangi teroris. Sangat tepat untuk mengatakan bahwa mereka juga mewakili semua warga Australia, tanpa kecuali. Kami (pemerintah) akan mengatasi masalah dan segala kemungkinan yang akan muncul akibat tindak teroris di kalangan masyarakat Australia," katanya.
Ketua delegasi Ameer Ali, yang juga Presiden AFIC (Australian Federation of Islamic Councils), mengatakan ada sejumlah alasan bagi Australia agar tidak menjadi hancur akibat ulah teroris seperti di Irak dan Afghanistan. "Namun kami di sini tidak untuk mengubah kebijakan luar negeri negeri ini," katanya.
Howard sempat mengecam sikap diam dan tak peduli dari para pemimpin moderat atas terjadinya berbagai aksi kekerasan dan terorisme, namun ia berharap agar para pemimpin ekstimis tidak menanggapinya.
Howard juga membantah bahwa pernyataan bersama para pemimpin Muslim di Australia itu karena desakan dari pemerintah Australia. "Saya tidak memaksakan untuk membuat sebuah keputusan atau kesepakatan, apalagi untuk sebuah alasan kecil bahwa ekstrimisme selalu membayangi kita bersama," katanya.
Australia dikhawatirkan akan mendapat serangan teroris akibat kebijakannya mengirimkan tentaranya ke Irak dan Afghanistan. Australia juga dianggap sangat dekat dengan AS.
Terakhir, Australia mengirimkan 15 tentara wanita ke Irak untuk bergabung dengan 900 tentara yang sudah berada di sana. Australia juga berencana menambah 190 tentaranya ke Afghanistan bulan depan, untuk menumpas gerilyawan Taliban dan kelompok al-Qaeda.
Aziza Abdel Halim, pemimpin Jaringan Nasional Wanita Muslim, mengatakan banyak kaum muda Islam radikal sangat membenci Australia karena turut mengirimkan tentara ke Irak dan Afghanistan.(sk/Die)