Warta

Narkoba Telah Rasuki Keluarga Relijius

Jumat, 22 Desember 2006 | 07:26 WIB

Jakarta, NU Online
Ancaman narkoba memang tak pandang bulu, siapapun yang tak waspada, akan digilas olehnya, termasuk pada keluarga yang kelihatannya religius dan menjalankan ajaran-ajaran agama.

Dirjen Bimas Islam Depag Prof. Dr. Nasaruddin Umar mengungkapkan bahwa dia banyak menemui kasus-kasus korban narkoba terjadi diantara keluarga ustadz dan dai yang kehidupannya banyak digunakan untuk berdakwah.

<>

“Ada anak seorang dai dan ibunya ketua majelis taklim di Bekasi yang terkena narkoba. Seorang ustadz terkenal yang tinggal di Pondok Indah anaknya juga menjadi korban narkoba. Femonema ini seperti gunung es, dipermukaan kecil tapi dibawahnya menggunung,” katanya dalam workshop penanggulangan narkoba berbasis pesantren yang diselenggarakan oleh LPKNU di Jakarta, Jum’at.

Indikator sudah masuknya narkoba ke lingkungan yang selama ini memegang nilai-nilai agama juga bisa dilihat dari gagalnya sejumlah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta karena dari test yang dilakukan, mereka positif jadi pengguna narkoba. Nasaruddin yang pernah menjadi wakil rektor tersebut bertutur bahwa universitas tersebut memang mensyaratkan mahasiswanya bebas narkoba. “Zaman dulu saja sudah banyak yang terkena, apalagi sekarang,” paparnya.

Indikasi masuknya narkoba ke dalam lingkungan pesantren ini tak boleh lagi diabaikan, meskipun sejauh ini belum diketahui pesantren mana saja dan berapa jumlah santri yang menjadi korbannya. “Saya mengusulkan untuk mengundang badan narkoba untuk mempresentasikan sejauh mana narkoba sudah masuk ke pesantren,” kata Nasaruddin yang juga menjadi katib aam PBNU tersebut.

Lebih berbahaya lagi jika ustadz sudah menjadi korban narkoba. “Mereka tahu dalilnya dan bisa membolak-balik dalil untuk kepentingannya seperti yang terjadi pada kasus homoseksual yang menjustifikasi keberadaannya dengan dalil-dalil qur’an dan hadist,” tegasnya.

Sebagai pejabat Depag, ia juga diprotes kalangan pemerhati masalah narkoba karena selama ini Depag dan para ulama dianggap kalangan yang paling kurang perhatian terhadap masalah narkoba. “Karena itu kami berencana membuat rumah rehabilitasi dan meningkatkan anggaran untuk penanggulanan narkoba pada anggaran 2007 mendatang,” tuturnya.

Masalah Sosial yang Kompleks

Penyalahgunaan narkoba merupakan masalah socsal yang kompleks. Mereka yang bertobat ingin kembali ke jalan yang benar kerap kali mendapat teror dari sindikat narkoba karena dikhawatirkan bisa membongkar jaringan yang mereka miliki. “Kejahatan narkoba juga selalu terkait dengan kejahatan lainnya seperti pencurian, perjudian, dan pelecehan seksual,” tambahnya.

Dalam upaya rehabilitasi terhadap para korban, Nasaruddin meminta agar program tersebut bisa diperpendek menjadi tiga bulan, terutama bagi siswa yang terpaksa meninggalkan pelajarannya. “Tak mungkin menjalankan rehabilitasi sekaligus sekolah karena hasilnya tak efektif,” imbuhnya.

Tunjukkan Langsung

Dalam sosialisasi gerakan anti narkoba di pesantren, Narasuddin yang merupakan putra Sulsel tersebut mengusulkan agar ditunjukkan korban narkoba langsung diberbagai pusat rehabilitasi daripada sekedar belajar teori.

“Ada yang sangat menarik, di Amerika waktu anak saya sekolah disana, mereka ditunjukkan secara langsung korban narkoba, dan ditanya, apakah ingin mengkonsumsi narkoba? Jawabannya tidak, ini jauh lebih efektif,” paparnya. (mkf)


Terkait