Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Libya mendapat kehormatan dari Majelis Tasawuf negara itu. Mereka diundang dalam acara silaturrahim menyambut Hari Raya Idul Fitri 1429 Hijriyah, di Zawiyah Fatimah Azzahra, Desa Wadi Ka’am Zletin, 200 kilometer arah timur Ibukota Libya, Tripoli, Rabu (1/10) lalu.
Para aktivis PCINU Libya diterima langsung Sekretaris Jenderal Majelis Tasawuf dan Ketua Tarekat Sufi Libya, Dr Miftah Abdullah bin Mas’uda. Syeikh Miftah—begitu panggilan akrabnya, dengan ramah menyapa para undangan seraya mengucapkan selamat Idul Fitri sesaat setelah rombongan tiba.<>
“Kullu ‘am wa antum bikhoir (semoga sepanjang tahun, Anda senantiasa mendapat kebaikan),” ucap Syeikh Miftah dengan sapaan khas kawasan Arab itu sambil menyalami para rombongan PCINU Libya satu per satu.
Dalam silaturahmi itu, para rombongan didampingi Syeikh Syarif dan rombongan Zawiyah ‘Uqbah Bin Nafi’ dari kota Tarhuna. Ikut serta dua staf Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Libya, Nasruddin Lathief dan Agung Cahyono.
Syeikh Miftah mengatakan, umat Islam sangat perlu dikenalkan pada sosok Nabi akhir zaman, Nabi Muhammad. Pasalnya, umat Islam sekarang banyak yang tidak mengetahui sosok Nabi. Akibatnya, ajaran Islam rahmatan lil alamin cepat menghilang. Timbullah sikap radikal, merasa benar sendiri, dan menyalahkan serta mengkafirkan yang lain.
“Dan, ini merupakan tugas kalian (para aktivis PCINU Libya) nanti setelah pulang ke negara kalian,” ujar Syeikh Miftah, seperti dilaporkan Kontributor NU Online, Sofwan Yamout.
Ia juga menyinggung perilaku umat Islam umumnya yang tak berubah meski Ramadhan demi Ramadhan terlewati. Hal itu, katanya, disebabkan kelemahan umat Islam sendiri dalam memahami makna dan mengamalkan zikir.
Bagi dia, zikir seharusnya tidak hanya dilakukan pada Ramadhan. “Dzikir adalah menancapnya nuansa keagungan Tuhan dalam hati manusia, sehingga kalau hal ini sudah terpatri dalam hati, kebajikan yang merupakan manifestasi dari zikir itu akan terus berlangsung, tak kenal ruang dan waktu, sekaligus akan memancarkan sikap dan perilaku yang Rasulullah contohkan,” jelasnya.
Pertemuan Syeikh Miftah dengan warga NU di negara pimpinan Presiden Muammar Kadafi itu bukan pertama kali. Orang nomor satu di Majelis Tasawuf Libya lulusan Libanon tersebut, sebelumnya sering mengundang PCINU dalam berbagai acara, khususnya pada peringatan Maulid Nabi Muhammad. (rif)