Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur memperkirakan penetapan 1 Ramadhan 1429 H akan terjadi kesamaan. Bukan hanya itu, bila yang sebelumnya Hari Raya Idul Fitri yang terjadi perbedaan, tahun ini dimungkinkan akan terjadi kesamaan.
Pernyataan itu diungkapkan Wakil Ketua PWNU Jatim, Sholeh Hayat. Ia yang dipercaya sebagai koordinator rukyatul hilal (pengamatan terhadap bulan) PWNU Jatim, memprediksi tidak ada perbedaan pada awal puasa Ramadhan.<>
Pasalnya, dalam perhitungan hisab (perhitingan astronomis) menunjukkan awal Ramadhan bakal terjadi pada 1 September, atau terjadi kesamaan dengan keputusan PP Muhammadiyah.
Sekretaris PW Muhammadiyah Jatim, Nadjib Hamid, menyatakan pihaknya menetapkan awal Ramadhan 1429 H jatuh pada 1 September mendatang sesuai penghitungan tim ahli hisab PW Muhammadiyah Jatim yang dilakukan pertengahan Juli lalu.
“Dalam rapat penetapan penghitungan itu, Muhammadiyah juga sudah menetapkan hari raya Idul Fitri yang jatuh pada Senin 1 Oktober 2008,” terang Nadjid, di Surabaya, Senin (25/8) kemarin.
Hasil perhitungan ini juga sama dengan yang dilakukan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, bahkan hasilnya juga sama dengan yang ada dalam kalender nasional. “Kalau nanti puasa dan Lebarannya sama. Ya, alhamdulillah, bisa menjalankan ibadah secara bersama-sama,” harapnya.
Rukyatul Hilal
Sholeh juga menjelaskan, prediksi akan terjadi kesamaan awal Ramadhan ini diperkuat dengan perkiraan ijtimak (posisi matahari-rembulan segaris) terjadi pada 31 Agustus pukul 01.00-03.00 WIB dengan ketinggian empat derajat sehingga mudah terlihat.
“Meski hitungan hisab ditentukan 1 September, tapi kami akan tetap melakukan rukyatul hilal sesuai syariat agama dan ajaran ahlussunnah wal jamaah,” terang Sholeh.
Sedangkan untuk penetapan 1 Syawal 1429 H atau hari raya Idul Fitri, Sholeh juga memprediksi kemungkinan akan terjadi kesamaan. Karena perkiraan ijtimak terjadi pada 29 September pukul 14.30 WIB hingga 16.00 WIB dengan ketinggian hilal pada minus 1,55 derajat, sehingga sulit terlihat dan akan terjadi istikmal atau digenapkan menjadi 30 hari sesuai kalender.
“Tapi, kami tetap akan melakukan rukyatul hilal untuk awal Syawal seperti halnya awal Ramadhan 1429 H. Bagi NU, hisab itu ibarat quick count (metode penghitungan cepat) dalam Pilkada yang dilakukan lembaga survei, sedangkan rukyatul hilal itu ibarat perhitungan manual yang dilakukan KPU,” katanya. (duta)