NU Online Harus Bisa Menjadi Media Alternatif bagi Umat Islam
Jumat, 28 November 2008 | 09:59 WIB
Islam di Indonesia kini membutuhkan media massa alternatif yang mampu mengarahkan umatnya pada sikap moderat dan toleran atau saling menghargai. NU Online, media berbasis Teknologi Informasi (TI) yang dikembangkan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), harus bisa memerankan fungsi tersebut.
Demikian dikatakan Ketua PBNU, KH Said Aqil Siroj, dalam sambutannya pada Malam Tasyakuran 5 Tahun NU Online, di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Kamis (27/11) malam. Hadir juga pada kesempatan itu, mantan direktur Kompas Cyber Media Ninok Leksono.<>
“Kalau kita ke Ternate (Maluku Utara), Papua, dan Indonesia bagian timur lainnya, kita susah menemukan media yang moderat. Semuanya media keras (baca: media yang mengarahkan umat Islam pada kekerasan dan tidak toleran), enggak ada lembut-lembutnya sama sekali,” terang Kang Said—begitu panggilan akrabnya.
Jika hal tersebut terus dibiarkan, lanjutnya, maka bukan tidak mungkin muslim di Tanah Air bakal menjadi umat yang turut menyuburkan perilaku kekerasan dan tidak bisa saling menghargai. Padahal, Al-Quran sangat menuntut setiap muslim menjadi umat yang beradab.
Namun demikian, sesuai Hadist Nabi, imbuhnya, NU Online haruslah dikelola dengan profesional. “Yang ini kita tahu semualah. Maksudnya, jangan sampai suatu urusan dikerjakan oleh orang yang bukan ahlinya. Kalau NU Online dipegang sama orang yang bukan ahlinya, ya, tunggu saja kehacurannya,” jelasnya.
Selain itu, media yang dirintis sejak 2003 silam ini harus bisa menjalin kemitraan yang positif dengan siapa pun, terbuka atau transparan dan bertanggung jawab. “Kita semua, termasuk NU Online ini, bertanggung jawab menjadikan umat Islam, khususnya warga NU, menjadi umat yang berkualitas. Sebab, tidak ada artinya kalau umatnya banyak tapi tidak berkualitas,” papar Kang Said. (rif)