Warta

NU tidak Kompatibel dengan Liberalisme

Selasa, 12 Agustus 2008 | 16:09 WIB

Jakarta, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) tidak akan mengakui faham liberalisme. Beberapa kalangan dalam NU mungkin dinilai liberal dalam memosisikan fikih atau hukum agama, namun liberal yang dimaksud bukan dalam pengertian yang sebenarnya, yang individualististis dan kapitalistis

”NU mendukung kembali UUD 1945 karena ia tidak bisa menerima ideologi liberal, yang berujung pada penguasaan aset kekayaan alam dan lain-lain,” kata pengamat sosial Enceng Shobirin Najd dalam diskusi terbatas bersama Direktur Pendidikan Tinggi Agama Islam Depag RI DR. Mahasin di ruang redaksi NU Online, Jakarta, Rabu (6/8) lalu.<>

Menurut Enceng, NU juga tidak akan cocok dengan liberalisme karena NU berpegang teguh pada tradisi masyarakat setempat. ”Organisasi Islam yang kompatibel dengan liberalisme adalah organisasi yang di dalamnya ada anti tradisi,” katanya.

DR Mahasin mengatakan, liberalisme dalam hal pemikiran keislaman telah berkembang di NU. Namun akhir-akhir ini mendapatkan penolakan keras dari para kiai NU. Puncaknya adalah penolakan kelompok liberal muda NU pada Muktamar NU di Solo pada 2004 lalu.

Menurutnya penolakan itu terjadi karena beberapa gagasan disampaikan secara tidak simpatik dan terburu-buru. ”NU menerima perubahan yang bersifat gradual (pelan-pelan) seperti dilakukan Gus Dur waktu itu,” katanya.

Enceng menimpali, beberapa kelompok muda NU yang terlibat dalam gerakan liberal, saat ini tidak hanya berkutat pada wilayah keagamaan atau fikih saja, tetapi juga telah masuk pada gerakan liberal yang sebenarnya sebagaimana diyakini di Barat.

”Mereka bahkan bisa dikatakan sebagai antek liberalisme. Lihat saja afiliasi gerakan mereka kemana. Wajar karena mereka didik dan difasilitasi oleh para penggian liberalisme. Tapi lagi-lagi mereka tidak akan bisa masuk ke NU sebagai organisasi yang membela tradisi,” katanya. (nam)


Terkait