Kediri, NU Online
Perguruan silat Pagar Nusa (PN) telah menyiapkan sedikitnya 30.000 orang pesilat terlatih dari berbagai daerah di Jawa Timur untuk dikirimkan ke kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia terkait krisis Zona Ambalat.
"Sebanyak 30.000 orang pesilat kami tinggal menunggu kepastian dari pemerintah Indonesia kapanpun siap diberangkatkan ke kawasan Ambalat," ujar Abdul Latif, Ketua Cabang PN Kota Kediri, Jumat.
<>Ribuan pesilat terlatih itu berasal dari Kabupaten Nganjuk sebanyak 27.000 orang, Kota dan Kabupaten Kediri masing-masing menyiapkan 1.500 pesilat.
Persiapan tersebut bukan isapan jempol, pasalnya sejak tiga hari terakhir ini ratusan pesilat PN dari Kabupaten/Kota Kediri dan Kabupaten Nganjuk telah menggembleng dirinya di Bukit Watugede, kawasan Pegunungan Klotok, Kota Kediri.
Para pesilat baik pria maupun wanita digembleng secara fisik siang dan malam dan hanya diberi waktu istirahat tak lebih dari satu jam pada tengah malam sekitar pukul 02.00 WIB.
Penggemblengan fisik itu dilakukan dengan berlatih kekebalan diri diantaranya keterampilan memanjat anak tangga terbuat dari susunan senjata tajam, kekebalan diri dari sabetan pedang, teknik mempertahankan diri dari serangan musuh dalam jumlah besar dan bertarung satu lawan satu.
"Itu baru yang bersifat fisik, kami masih mempunyai program penggembelang lagi berupa wawasan nasionalisme," tambah Latif yang ditemui di lokasi penggemblengan.
Sebelum melakukan penggemblengan fisik di Bukit Watugede, ratusan pesilat dari tiga daerah tersebut terlebih dulu melakukan istighotsah di makam KH Makshum Djauhari, salah satu pendiri PN, di dalam kompleks Ponpes Lirboyo.Dari Lirboyo ratusan pesilat jalan kaki bersama-sama sekitar 6 kilometer menuju Bukit Watugede.
"Penggemblengan ini dilakukan secara bertahap, pada 13 Maret mendatang akan dilakukan penggemblengan berikutnya di kawasan Kramat, Nganjuk," ujar Suminto, Ketua PN Kabupaten Nganjuk. Dalam penggemblengan di Nganjuk itu diperkirakan akan diikuti lebih banyak pesilat PN dari berbagai daerah di Jatim.
Menurut dia jiwa patriotisme dan nasionalisme sudah tertanam di benak para pesilat sehingga kesiapan merekan untuk dikirim ke kawasan perbatasan tidak perlu diragukan lagi.
"Mereka menganggap lari dari tanggung jawab dari upaya mempertahankan NKRI merupakan dosa besar. Sejak awal misi PN sendiri adalah mengemban amanat bangsa menuju Keruk Nasi istilah yang biasa dipergunakan oleh pendiri sebagai Kerukunan Nasional," tandas Suminto, selaku pembina mental para pesilat.(ant/mkf)