Pemerintah Venezuela dan pemerintah otonomi Palestina secara resmi membuka hubungan diplomatik, Senin (27/4). Hal itu ditandai dengan pembukaan misi diplomatik Palestina di Karakas.
Presiden Venezuela Hugo Chavez, kata Menteri Luar Negeri Palestina Riyd al-Maliki, "adalah pemimpin yang sangat terkenal di dunia Arab karena keberaniannya, dukungannya pada keadilan dan karena mendukung maksud yang adil atas Palestina."<>
Timpalan Venezuela-nya Nicolas Maduro mengatakan pembukaan hubungan diplomatik itu merupakan "aksi keadilan" karena pemerintah Venezuela mengerti masalah Palestina dan menganggap keadaan menyedihkan mereka sebagai "yang terpenting".
Pemerintah otonomi Palestina telah memiliki markas besar diplomatik di beberapa negara Amerika Latin, dari Meksiko hingga Argentina, dan al-Maliki mengatakan Palestina mengharapkan akan memperluas hubungan di kawasan itu.
Seorang wakil Palestina direncanakan tiba di Karakas tak lama lagi, kata diplomat itu, dan Maduro menyampakan harapan untuk segera mengirim seorang wakil ke kota Ramallah di Tepi Barat.
Venezuela memutuskan hubungan dengan Israel pada 15 Januari lalu sebagai reaksi atas serangan negara Yahudi itu di Jalur Gaza. Karakas mengatakan pada waktu itu, pemutusan hubungan diplomatik tersebut merupakan reaksi atas "penganiayaan kejam terhadap rakyat Palestina yang diatur oleh pemerintah Israel."
Chavez telah mengecam pemerintah Israel awal bulan ini dengan mengatakan bahwa "orang Yahudi tidak pantas mendapat pemerintah genosida, kejam itu". Menurut sumber pemerintah di Karakas, pemerintah Chavez belum merencanakan sekarang untuk memulihkan hubungan dengan Israel. (afp)