Jakarta, NU Online
Para tokoh dari berbagai agama di Indonesia menyerukan pentingnya peran ideologi Pancasila dalam membina kerukunan hidup bermasyarakat. Berbagai konflik suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) yang terjadi selama ini ditengarai sebagai dampak dari merosotnya penghayatan nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat.
Hal tersebut menjadi pokok pikiran penting dalam Kongres I Pemuka Agama se-Indonesia yang diselenggarkan di Jakarta pada Selasa hingga Kamis, 22-24 Agustus 2006. Kongres bertajuk “Membangun Kerjasama, Mengatasi Berbagai Problema, Meningkatkan Kontribusi Umat Bagi Kemajuan Bangsa.”
<>Dalam tata politik dan hukum di Indonesia, Menteri Agama Maftuh Basyuni saat memeberikan sambuatan pada penutupan kongres menegaskan kembali posisi Pancasila sebagai dasar negara. "Pancasila harus menjadi acuan dari seluruh sistem hukum dan sistem politik negara," kata Maftuh Basyuni.Kongres diikuti 225 peserta, terdiri dari utusan provinsi, masing-masing 6 orang yang terdiri dari para wakil dari majelis-majelis agama tingkat pusat dan provinsi (MUI, PGI, KWI, PHDI, WALUBI, MATAKIN) atau ormas keagamaan dan kepala Kanwil Agama setempat. Menurut Menag, kongres tokoh agama itu akan dilakukan secara rutin setiap 3 tahun sekali.
Kongres I tokoh agama kali ini menghasilkan 3 rekomendasi. Pertama, negara diminta menjamin kebebasan beribadah dan mendorong peningkatan penghayatan serta pengamalan nilai agama yang dianut oleh masing-masing pemeluknya.
Kedua, perlu ada rencana aksi dari tindak lanjut kongres tokoh agama. Ketiga, memberdayakan forum kerukunan umat beragama (FKUB) dalam meningkatkan kesejahteraan dan kerukunan umat beragama.
"Yang terpenting adalah mengaktifkan forum kerukunan umat beragama di tingkat provinsi, dan para tokoh agama sudah bertemu dan membuat kesepakatan dalam kongres ini," kata Sekretaris Depag Bahrul Hayat yang mejadi Ketua Panitia Penyelenggara Kongres I Pemuka Agama se-Indonesia.
Diharapkan para forum di tingkat provinsi privinsi itu berlanjut sampai ke tingkat kabupaten dan seterusnya ke bawah. “Maka nanti secara otomatis gerakan kerukunan ini akan muncul dari majelis-majelis agama,” kata Bahrul. (nam)