Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui lembaga yang khusus menangani bencana, Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI-NU) bersama dengan NU DI Yogyakarta serta badan otonom NU telah memberikan bantuan menyeluruh yang diharapkan mampu meringankan penderitaan korban meletusnya gunung Merapi.
Bentuk bantuan yang diberikan meliputi bantuan kebutuhan fisik, layanan kesehatan, terapi psikologis melalui pendekatan keagamaan serta hiburan dan pemberian alat sekolah bagi anak-anak.<>
Selain dukungan dan bantuan dari warga NU di seluruh Indonesia, LPBI NU juga menjalin kerjasama dengan AusAID dalam penanganan bencana Merapi.
Kegiatan LPBI-NU yang merupakan hasil kerjasama dengan AusAID ini telah berlangsung sejak 25 November sampai dengan 10 Desember 2010 dan berlangsung di 16 desa di kabupaten Sleman DIY Dan Kabupaten Magelang Jateng. desa tersebut diantaranya di Balai Desa Wonokerto, Turi, Balai Desa Sariharjo Ngaglik, PP.Darul Hikmah, Banjarsari Turi Sleman, Paten Tridadi Sleman, dan Kiaran Wukirsari, Cangkringan, dea ngargosuko, desa gondang, desa senden, Dan sebagainya. Diharapkan, bantuan ini mampu menjangkau 4300 pengungsi.
Sejumlah kegiatan yang dilakukan di lokasi-lokasi tersebut diantaranya pemberian terapi bermain, menggambar bagi anak-anak, tadabur alam, perpustakaan keliling, pengajian, pemberian bantuan, pengobatan umum, pengobatan gigi, sulap dan badut, konsultasi kejiwaan, dan nonton film bersama.
Sementara itu, kebutuhan harian pengungsi yang diberikan meliputi selimut, tikar lipat, kantong sampah, pembalut wanita, popok bayi, pakaian dalam pria, pakaian dalam wanita, biskuit, air minum gelas dan bubur bayi.
LPBINU juga menyediakan peralatan mandi seperti sabun, sikat gigi, shampoo dan sejenisnya serta perlengkapan kesehatan ringan seperti minyak kayu putih, minyak talon, balsam, masker dan lainnya. Pada setiap lokasi juga disediakan tangki air bersih berkapasitas 2000 liter untuk memenuhi kebutuhan pengungsi.
Sementara itu, anak-anak sekolah mendapatkan bantuan berupa tas kain berlambang NU, buku tulis, buku gambar, pulpen, pensil HB, penghapus pensil, penggaris dan rautan.
Ketua LPBINU Avianto Muhtadi menjelaskan, bantuan-bantuan yang diberikan merupakan upaya-upaya pemenuhan kebutuhan dasar bagi pengungsi berupa sarana dan prasarana, kesehatan, psikososial atau penyembuhan trauma dan pemberian kebutuhan peralatan sekolah. Tetapi ia menegaskan, PBNU akan terus terlibat dalam upaya rehabilitasi dan rekonstruksi untuk pemulihan di Merapi, bahkan hingga setelah paska pemulihan LPBI NU akan melakukan serangkaian kegiatan pelatihan dan upaya pemberdayaan masyarakat dalam pengurangan risiko bencana baik yang bersifat pencegahan, mitigasi maupun kesiapsiagaan sehingga masyarakat khususnya nahdliyin bisa lebih siap.
Ditambahkan oleh Avianto, akan ada doa bersama masyarakat terdampak oleh MWCNU yang difasilitasi LPBINU pada akhir kegiatan tanggap darurat. Selain itu bila selesai semua kegiatan tanggap darurat akan dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan yang telah dilakukan sehingga diharapkan akan didapatkan refleksi dan pembelajaran dikemudian hari.
“Kami akan terus memberikan bantuan dalam berbagai bentuk karena ini sudah menjadi tanggung jawab NU mengingat banyak warga NU yang menjadi korban,” katanya.
Perubahan Perilaku
Tim psikososial dari Universitas Indonesia yang digandeng LPBI NU, yang dipimpin oleh dr Siste dan dr Astri menemukan sejumlah perubahan perilaku baik pada anak-anak, remaja, orang tua dan manula. Mereka melihat terjadinya kebiasaan merokok yang semakin meningkat pada remaja karena tiadanya kegiatan untuk mengisi waktu luang. Yang sebelumnya tak merokok menjadi perokok, yang perokok meningkat jumlah rokok yang dihisap. Sementara itu, anak-anak juga menjadi peminta-minta, padahal sebelumnya mereka tidak seperti itu.
Sementara itu, para ibu-ibu lebih mengkhawatirkan masalah rusaknya ladang dan siapa yang akan menyokong atau mendampingi mereka saat kembali ke rumah nantinya karena kebun salak mereka sebagian besar sudah rusak dan utuk memperbaikinya diperlukan waktu 1-3 tahun.
“Saat ditawarkan untuk diberi bantuan bibit, mereka sangat antusias,” kata Yayah Ruhyati yang merupakan tim LPBI NU Jakarta yang turut mendampingi korban di pengungsian.
Pada lansia, yang lebih menonjol masalah fisik dan kesulitan tidur karena keadaan di TPS yang berisik.Kekuatiran mereka juga sama seperti para ibu-ibu.
Tim psikososial keagamaan yang dipimpin oleh Wahib untuk kelompok bapak-bapak, merasakan antusiasme mereka ketika mengikuti pengajian. “Mereka tetap merasa tenang dan bersabar walau berada di TPS, hal ini dikarenakan mereka senantiasa berprinsip bahwa cobaan ini sudah diatur oleh Allah SWT, pasti ada hikmah dibalik ini semua, seperti bertambahnya ‘keluarga baru’ di TPS dan kebiasaan untuk berbagi,” katanya.
Anak-anak sangat antusias mengikuti permainan yang diberikan. Di Tempat Pengungsian sementara di posko BLK, Jln Raya Salaman Purworejo KM 5, Desa Sidoagung Kec. Tempuran, Sabtu, anak-anak diberi mainan yoyo dan sangat gembira mendapati mainan tersebut. Anak-anak juga diajak bermain ular tangga sampai waktu senja datang dan berharap agar mainan tersebut dapat ditinggal di lokasi pengungsian. (mkf)