Warta

PBNU Kerjasama Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba dengan Colombo Plan

Rabu, 10 Agustus 2005 | 13:57 WIB

Jakarta, NU Online
Komitmen PBNU untuk turut nengatasi penyalahgunaan Narkoba yang saat ini semakin merusak terus ditingkatkan. Salah satunya diwujudkan dalam bentuk program pencegahan dan penanggulangan Narkoba yang berbasis pesantren bekerjasama dengan Colombo Plan.

Penandatanganan Mou Kerjasama ini dilakukan oleh KH Hasyim Muzadi bersama dengan Sekjen Colombo Plan Kittipan Kanjanapipatkul di Hotel Sari Pan Pacific Jakarta (10/8) dengan disaksikan pejabat dari Badan Narkotika Nasional (BNN) Inspektur Jenderal Drs. HM Arifin Rachim, SH dan HM Rozy Munir.

<>

Dr. Wan Nedra Komaruddin dari Lembaga Kesehatan NU yang akan menangani program tersebut menjelaskan bahwa focus yang dilakukan lebih pada aspek pencegahan daripada perawatan korban.

“Pesantren yang sudah punya basis, jadi berupa pendekatan preventif yang target pertamanya adalah bagaimana agar mereka tidak menggunakan Narkoba. ‘No untuk Narkoba’. Informasi ini harus dari kita, bukan dari orang lain yang tidak jelas, harus dari kyainya atau guru,” tandasnya.

Langkah yang dilakukan adalah pemberian informasi kepada para guru sehingga mereka dapat mentransformasikannya kepada para siswa. Ini akan meningkatkan pengetahuan tentang Narkoba dikalangan santri, Hal penting lainnya adalah penggunaan nilai agama dan ajaran agama untuk mencegah penyalahgunaan narkoba

Selanjutnya pesantren juga akan diberi bekal bagaimana mengidentifikasi orang-orang yang rentan terkena dan beresiko tinggi menyalahgunakan Narkoba dan penanganan awalnya. Berdasarkan survey kelompok ini adalah mereka yang suka merokok, minum minuman keras, kurang memiliki keinginan berprestasi dan kebanyakan berasal dari latar belakang keluarga yang kurang bahagia.

“Para kyai akan diajari menangani tentang kelompok beresiko tinggi ini. Bahkan kalau mungkin kami akan melakukan test urine sendiri. Pengalaman di Malaysia kalau positif langsung ke rehabilitasi. Sudah tak ada kompromi,” tambahnya.

Apabila pesantren sudah siap, juga akan dibekali cara perawatan korban Narkoba dan jika menemukan adanya korban, merujukanya kemana. “Kita juga membuat jejaring, kalau di tingkat propinsi ada Badan Narkotika Propinsi,” paparnya.

Salah satu pesantren yang sudah dianggap sukses dalam penanganan program anti narkoba adalah pesantren Krapyak Jogyakarta. Mereka sudah melakukan banyak hal, termasuk sudah memiliki kliniknya.

Program ini akan berjalan selama satu tahun di dua belas pesantren terpilih dibawah koordinasi Lembaga Kesehatan NU. Sebelumnya para peserta tersebut telah melakukan pelatihan di Malaysia pada akhir tahun 2004 lalu. Jika sukses, program ini akan dilanjutkan.

Para peserta dari 12 pesantren tesebut telah melakukan workshop selama tiga hari dengan berbagai materi seperti community based drug demand reduction, early intervention, school base prevention, after care strategis sampai dengan drug scenario in Indonesia dan lainnya. Para pembicara berasal dari BNN, PBNU dan Colombo Plan.

Pesantren yang terlibat meliputi Darunnajah (Jakarta(, Assidiqiyah (Jakarta), Cipasung (tasikmalaya), Darul Muzai’in al Islamiyah (Pandeglang), Dahlan Syafii (Mojokerto), Darul Ulum (Jombang), Al Hikam (Malang), Ashomadiyah (Madura), Al Munawwir (Jogjakarta), Sabilul Hasanah (Palembang), Dar El Hikmah (Pekan Baru), Darul Ulum Pontianak dan dari PBNU.(mkf)

 


Terkait