Warta

PBNU Lakukan Dialog dengan Ahmadiyah

Kamis, 29 November 2007 | 11:36 WIB

Jakarta, NU Online
Berbagai upaya dilakukan PBNU untuk “meluruskan” beberapa aliran agama yang selama ini dianggap sesat oleh masyarakat. Setelah beberapa waktu lalu berhasil mentaubatkan lagi “nabi” Musaddeq, Ketua PBNU KH Said Agil Siradj melakukan dialog dengan pengikut Ahmadiyah.

“Sudah ada beberapa titik temu, kita mendorong agar Ahmadiyah memakai ajaran Lahore, bukan Qadiyan atau paling tidak Qadiyah tidak berkembang,” katanya seusai dialog yang difasilitasi Litbang Depag di Kantor pusat Depag, Kamis (28/11).

<>

Dijelaskannya, terdapat perbedaan yang mendasar antara Ahmadiyah aliran Qadiyan dan Lahore. Ahmadiyah Lahore tidak menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi, namun hanya pembaharu Islam.

Demikian pula, kitabnya At Tadzkirah bukannya wahyu, tetapi hanya kitab yang ditulis berdasarkan ilham seperti yang didapat oleh ulama lainnya layaknya Syeikh Abdul Qadir Jailani atau Ibnu Arabi.

Dikatakannya perpecahan antara Ahmadiyah Qodiyan dan Lahore ini tak lepas dari perkembangan dan dinamika umat Islam di masa tersebut seperti pemikiran Iqbal dan Jinnah dan adanya upaya pembebasan Pakistan yang mayoritas muslim dari penjajahan Inggris.

Ahmadiyah yang ada di Lahore berusaha melakukan pembenahan dalam beberapa keyakinannya agar mereka tidak menyimpang terhadap Islam. Mereka juga masih mempercayai adanya rukun Islam dan rukun Iman sebagai ajaran pokok Islam.

Sementara itu, Ahmadiyah Qadiyan yang menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi memang dimanfaatkan oleh Inggris untuk memecah belah ummat.

Diskusi dengan Ahmadiyah ini akan dilanjutkan sekali lagi dengan harapan semakin banyak titik temu yang dihasilkan dari kedua belah fihak. “Metode dialog seperti inilah yang akan kita gunakan untuk menghadapi aliran yang dianggap sesat,” paparnya. (mkf)


Terkait