Pemimpin Uighur di Pengasingannya di Amerika Tolak Tuduhan Cina
Selasa, 7 Juli 2009 | 06:52 WIB
Perempuan pengusaha Uighur di pengasingan yang juga aktivis, Rebiya Kadeer, Senin, menolak tuduhan pemerintah Cina bahwa dia berada di belakang kerusuhan yang berkecamuk di provinsi barat daya Cina, Xinjiang, di mana 156 orang muslim Uighur dilaporkan tewas.
Media massa pemerintah China mengutip sejumlah pejabat yang tak disebutkan namanya, menyalahkan Kongres Uighur Sedunia pimpinan Kadeer telah melakukan kekerasan, menyusul demonstrasi suku minoritas Uighur di jalan-jalan ibukota provinsi Urumqi, Minggu, dengan membakar serta melempari kendaraan-kendaraan dan toko-tokok, disamping juga bentrok dengan polisi.<>
"Tuduhan itu sama sekali keliru. Saya tidak mengorganisasikan protes apa pun atau menyerukan rakyat untuk berdemonstrasi," kata Kadeer melalui seorang penerjemahnya di Washington.
Kepada wartawan, Kadeer mengatakan, dia hanya meminta saudara lelakinya untuk mengingatkan 40 sanak keluarga mereka di kawasan agar menjauhi demonstrasi. "Seruan saya kepada saudara saya itu itu berarti saya mengorganisasikan seluruh peristiwa itu," katanya.
Perempuan pengusaha berusia 62 tahun dan ibu dari 11 anak ini, berada di pengasingannya di Amerika Serikat sejak 2005, setelah bertahun-tahun dipenjara dan dituduh melakukan kegiatan separatisme.
Kadeer mengatakan, ada lima anak dan sembilan cucunya yang berada di Xinjiang, termasuk dua anak puteranya. Semua sanak keluarganya ini mengalami pengawasan yang amat ketat dan Kadeer menyerukan saudara lelakinya agar mereka berpencar guna menghindari tindakan lebih keras dari pemerintah.
Kadeer, yang pernah digadang-gadangkan sebagai pengusaha minoritas sukses sehingga disebut-sebut akan menjadi anggota lembaga konsultatif pada parlemen Cina sebelum kemudian berbenturan dengan Beijing, menyebut protes massa di Urumqi itu mulanya berlangsung damai sebagai unjuk reaksi mereka atas menjawab kematian dua buruh pabrik etnis Uighur di selatan Cina, bulan lalu.
"Mereka tidak melakukan kekerasan sebagaimana dituduhkan pemerintah Cina. Mereka bukan perusuh atau separatis," katanya.
Ketika ditanya mengapa dia disalahkan atas percekcokan ini, Kadeer menyamakan situasi yang sedang dihadapinya dengan keadaan yang dihadapi pemimpin spiritual Tibet di pengasingan, Dalai Lama. Protes dengan kekerasan merebak di Tibet pada awal 2008.
"Apapun yang terjadi di Tibet, pihak berwenang Cina dengan cepat menuduh Yang Mulia Dalai Lama sebagai sumber kekacauan dan penghasut untuk semua masalah yang terjadi di Tibet, dan kejadian seperti itu berlaku terhadap saya," kata Kadeer. (ant/rif)