Warta

Pencekalan Terhadap Media Mulai Dilakukan

Senin, 10 Oktober 2005 | 04:10 WIB

Jakarta, NU Online
SBY rupanya tak tahan kritikan media massa. Berbagai cara dilakukan termasuk mencekal pemimpin redaksi harian KOMPAS, Suryopratomo, untuk meliput kegiatan kepresidenan.

Tidak jelas apakah keputusan untuk mencoret nama Suryopratomo yang diundang meliput kunjungan Presiden RI ke New York untuk menghadiri Sidang Umum Khusus PBB beberapa waktu lalu karena 'takut' atau justru karena 'tidak takut' terhadap koran yang dikenal memiliki pengaruh luas itu.

<>

Beberapa kabar yang dikonfirmasi, alasan pen'cekal'an  itu dipicu pemberitaan Tajuk harian KOMPAS beberapa waktu lalu karena mulai mengangkat perlunya dilakukan penyusunan ulang kabinet SBY-JK ini dan tulisan KOMPAS tentang "sikap bimbang pimpinan nasional".

Beragam sikap masyarakat menanggapi hal ini, mantan dubes RI di Australia, Sabam Siagaian misalnya menyayangkan sikap lekas tersinggung SBY dalam menyikapi kritik pers. "Ini sungguh berita yang tidak menyenangkan bagi masa depan pers, dan perlu kita sikap bersama," tulisnya di harian Suara Pembaruan (1/10) yang bertajuk "Catatan Jakarta: Wartawan apaan! Gue enggak takut...!"

Dalam tulisan keprihatinannya, Sabam juga mempertanyakan peran Blora Center (SBY Center), lembaga yang menjadi "think-thank" SBY dalam urusan berhubungan dengan kalangan media massa. "Bagaimana peran lembaga itu, masak berfungsi saat kampanye pilpres saja," tandasnya.

Namun kabar tidak menyenangkan bagi dunia pers bukan hanya datang dari pemerintah, dari media massa yang nota bene sebagai pelaku juga melakukan hal yang sama. Pencekalan itu dilakukan Surya Paloh--pemilik Metro TV yang juga petinggi Golkar dan dekat dengan SBY-JK-- yang melarang Metro TV memberitakan berita demo BBM.

Informasi yang tersebar dimilis jurnalisme@yahoogroups.com dan di http://mediacare.blogspot.com tersebut bukanlah gosip semata tetapi informasi A-1 (alias tidak diragukan kebenarannya), di milis itu dikatakan para pekerja jurnalis yang saling mengkonfirmasi kebenaran informasi tersebut mengamininya.

"Teman saya -kontributor Metro -menceritakan hal serupa. Bahkan seorang produser senior sempat nangis ketika setengah jam akan 'on-air' (Metro Siang) yang banyak liputan demo, dibatalkan atas perintah Surya Paloh," tulis James W. Ratu di milis tersebut.

"Jika informasi ini benar dan akurat, artinya, pemberangusan pers oleh rezim SBY-JK melalui orang-orangnya telah dimulai, dan jika MetroTV melanggengkan terus praktek-praktek seperti ini, tindakan ini lebih nista dari "wartawan bodrex" karena dilakukan oleh institusi media," tulis sumber yang tidak mencantumkan namanya.

Jadi mulai sekarang, tidak usah heran kalau tiba-tiba media mulai kehilangan orientasinya dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat luas dan mungkin suatu saat lawan sejati independensi jurnalis adalah pemodal industri medianya sendiri? (cih)


 


Terkait