Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Tengah (Jateng) pada 22 Juni mendatang merupakan momentum politik yang dapat membingungkan warga Nahdlatul Ulama (NU) di wilayah itu. Pasalnya, tiga kader NU maju dalam pemilihan kepala daerah secara langsung itu.
Demikian dikatakan Juru Bicara Generasi Muda NU Kudus, Afif Adnan, di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (12/2) kemarin. Ia menilai, fenomena tersebut merupakan akibat ‘syahwat’ politik NU yang terlalu besar, bahkan melebihi partai politik.<>
“Kalau tidak diantisipasi mulai sekarang, akan terjadi perbedaan dan perpecahan di kalangan warga NU. Sebagaimana yang pernah terjadi saat Pak Hasyim Muzadi saat maju jadi calon wakil presiden pada pilpres 2004 lalu,” kata Afif, seperti dilaporkan Kontributor NU Online di Semarang, Qomarul Adib.
Ia mengungkapkan, momentum politik semacam Pilgub itu, rentan sekali adanya pelanggaran terhadap sejumlah aturan organsasi NU. Seluruh calon terlalu ‘bernafsu’ memperebutkan dukungan dari kalangan Nahdliyin (sebutan untuk warga NU).
”Kalau sampai NU diseret-seret ke ranah politik, itu sebuah pelanggaran berat. Makanya, siapa pun yang maju dalam pilkada, harus mau mengundurkan diri dari jabatan struktural NU. Ini demi kemurnian NU,” tegasnya.
Tiga kader NU yang bakal meramaikan pesta demokrasi di Jateng itu, antara lain, Mohammad Adnan (Ketua Pengurus Wilayah NU Jateng), Sudharto (Pengurus Lembaga Pendidikan Maarif NU Jateng) dan Ali Mufiz (Gubernur Jateng saat ini).
Ali Mufiz, Selasa (12/2) kemarin, akhirnya menyatakan siap maju. Ia juga menyatakan kesediaan untuk mengikuti undangan DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam tes kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) bagi bakal calon gubernur dan bakal calon wakil gubernur dari PDIP.
Ketua DPW Partai Kebangkitan Bangsa Jateng KH Yusuf Chudlori (Gus Yusuf) mengisyaratkan sampai sekarang, partainya tetap akan menjagokan Agus Soeyitno sebagai cagub dan Kholiq Arief sebagai cawagub. Hal itu sesuai hasil Musyawarah Kebangkitan (Muskit) beberapa waktu lalu di Hotel Patra, Semarang. (rif)